Reporter: Barratut Taqiyyah, Anna Suci, Financial Times | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
LONDON. Hingga batas waktu yang ditentukan, Jumat (27/4) lalu, PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR) belum juga menambah jumlah agunan mereka senilai US$ 100 juta. Dana sebesar itu merupakan tambahan agunan dari pinjaman pokok senilai US$ 437 juta dengan menjaminkan saham Bumi Plc.
Financial Times menghitung, nilai saham Bumi yang dijaminkan saat ini dengan masa jatuh tempo Mei 2013 adalah US$ 470 juta.
Salah seorang sumber FT mengungkapkan, 20 investor yang berpartisipasi pada penggelontoran pinjaman tersebut tidak meminta pembayaran utang secepatnya karena sejarah panjang mereka dengan keluarga Bakrie. Selain itu, bunga pinjaman juga besar, yakni lebih dari 13%.
Yang menjadi masalah di sini adalah harga saham Bumi Plc yang dijaminkan sebagai pinjaman sudah melorot sebesar 35% dari underlying asset.
"Para kreditur akan menggunakan fakta bahwa jika Anda memenuhi kewajiban, maka mereka akan menghargai Anda. Saya tidak mau berspekulasi mengenai apa yang terjadi karena ini merupakan faktor teknis dengan harga saham Bumi. Tidak ada yang berubah dengan fundamental atau underlying business," jelas salah seorang sumber FT.
Tahun lalu, Bakrie juga pernah mengalami masalah serupa di mana mereka tidak dapat membayar utang senilai US$ 1,345 miliar kepada kelompok kreditur yang sama. Terkait hal itu, mereka menjual saham Bumi kepada Samin Tan dan merestrukturisasi sisa pinjaman yang ada. Saat ini, Samin Tan mengempit 47,6% saham Bumi Plc.
Ketika dikonfirmasi masalah ini, Direktur Keuangan BNBR Eddy Suparno membantah adanya batas waktu penambahan agunan. "Kami tidak ada batas penambahan agunan, kok," jelas Eddy, akhir pekan lalu (27/4).
Sebelumnya, Direktur Utama BNBR Bobby Gafur Umar pernah membahtah utang BNBR terancam default. "Kreditor meminta tambahan agunan saham karena pasar saham di Inggris sedang memburuk. Dalam hal ini, walaupun BNBR bertindak sebagai peminjam, kami tidak berkewajiban untuk menyediakan top up, sehingga sebetulnya ini bukan masalah besar. Kepanikan yang terjadi lebih disebabkan adanya kesalahan interpretasi saja atas permintaan top up tersebut," jelas Bobby.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News