Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Jokowi telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Baterry Electric Vehicle) untuk Transportasi jalan yang resmi diundangkan sejak 12 Agustus 2019 lalu.
Berdasarkan salinan perpres tersebut, beleid itu mengatur kendaraan bermotor listrik (KBL) berbasis baterai yang dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu KBL roda dua, roda tiga, dan roda empat atau lebih.
Terbitnya peraturan itu disambut baik oleh emiten yang bersangkutan. Salah satunya PT Blue Bird Tbk (BIRD) yang menyediakan transportasi taksi listrik.
Direktur PT Blue Bird Tbk Sigit Priawan Djokosoetono menyatakan perusahaan menyambut baik terbitnya peraturan tersebut dan akan mendukung keputusan pemerintah. Terlebih lagi, emiten subsektor transportasi itu sudah lebih dulu menyediakan armada taksi listrik sebelum perpes tersebut dirilis.
Sebelumnya, BIRD telah merealisasikan 30 armada taksi listrik, dengan rincian 25 unit mobil listrik pabrikan BYD dan lima unit Tesla di jajaran produk Blue Bird dan Silver Bird. Perusahaan juga berencana menambahkan sebanyak 200 unit taksi listrik secara bertahap.
Sigit mengatakan pertambahan jumlah unit tersebut masih dalam kajian. Namun, BIRD menargetkan pertambahan bertahap mulai tahun 2020 hingga 2021. Sementara, penambahan unit di tahun 2019 untuk program taksi listrik Blue Bird yang juga disebut dengan electrified vehicle (EV) itu tidak akan ada.
"Tahun ini, program EV sudah selesai dan unitnya cukup. Kami akan review dulu armada yang sudah ada dari segi operasional sembari melihat rencana program EV untuk tahun 2020," ujar Sigit kepada Kontan.co.id Rabu (11/9).
Program electrified vehicle Blue Bird saat ini juga sebenarnya masih dalam tahap uji coba. Oleh karena itu, menurut Sigit perusahaan sangat terbuka mengenai pemilihan tipe kendaraan. Meskipun saat ini BIRD menggunakan armada taksi listrik dengan mobil BYD dan Tesla, BIRD tidak menutup kemungkinan akan berganti armada di program selanjutnya.
Baca Juga: Telkomsel mengimplementasikan IoT ke armada Blue Bird
"Kami terbuka untuk tipe perusahaan jika perlu berganti. Namun, kami masih mengkaji berdasarkan unit yang ada sehingga belum memutuskan untuk program tahun depan," tambah Sigit.
Perihal tantangan, Sigit menyatakan ada dua hal yang dihadapi Blue Bird. Pertama, sedikitnya ketersediaan fasilitas pengisian daya (charger station). Saat ini, baru ada dua charger station untuk mobil listrik yakni di pool pusat Blue Bird dan di Bandar Udara Soekarno-Hatta dengan jumlah 12 unit charging port.
Tantangan kedua adalah persiapan pemeliharaan dari kendaraan mobil listrik, yakni persoalan kebutuhan spare part, peralatan servis, dan sebagainya. Sebab, industri kendaraan bermotor listrik di Indonesia juga baru berjalan.
Sementara untuk kondisi pasar di Indonesia, Sigit mengutarakan kalau perusahaan melihat tren positif. Menurutnya, sentimen masyarakat Indonesia terhadap taksi listrik cukup tinggi. Ditambah lagi, animo masyarakat terhadap kendaraan ramah lingkungan juga meningkat.
Blue Bird menginvestasikan Rp 40 miliar untuk program EV tahap awal yang disiapkan untuk satu hingga dua tahun. Anggaran itu juga termasuk dalam capex BIRD yang tahun ini mencapai Rp 1,5 triliun.
Baca Juga: Blue Bird tunggu kesiapan infrastruktur sebelum tambah jumlah armada taksi listrik
Namun, penyerapan dana capex terbesar diperuntukkan untuk peremajaan armada BIRD secara keseluruhan. BIRD menargetkan tahun ini mengganti kendaraan sebagai bentuk peremajaan hingga 4.000 unit, sedangkan sampai Juli 2019 lalu sudah 1.500 unit kendaraan yang diganti ke jenis kendaraan multi guna (multi purpose vehicle/MPV). Sehingga dari total 4.000 unit tersebut, untuk mobil listrik penyerapannya hanya 1%.
Melihat sentimen BIRD yang akan mulai mengoperasikan mobil listrik, analis Panin Sekuritas William Hartanto merekomendasikan membeli saham BIRD dengan target harga Rp 2.840 - Rp 2.900 per saham.
"Saham BIRD masih layak dibeli jika breakout dari level resistance Rp 2.700 per saham," ujar William.
Berdasarkan data RTI, saham BIRD pada perdagangan Rabu (11/9) melemah 20 poin atau turun 0,75% ke level Rp 2.660 per saham.
Menurut William, secara teknikal penurunan hari ini diakibatkan karena pergerakan saham BIRD sideways tiga hari berturut-turut.
Sementara, harga saham BIRD kemarin stagnan di level Rp 2.680 per saham. Sepekan lalu saham emiten transportasi itu naik 3,10%, sedangkan sepanjang tahun ini menurun 7,32%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News