Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) mendapatkan restu pemegang saham untuk memproses restrukturisasi obligasi. Restu itu diperoleh BLTA dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang diselenggarakan pada Kamis (4/12) lalu.
Dalam ringkasan RUPST BLTA yang dirilis Notaris Ashoya Ratam, Senin (8/12), RUPST tersebut dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili 6,12 miliar atau setara 53,13% dari total saham emiten pelayaran tersebut.
Salah satu agenda yang dibahas dalam RUPST tersebut adalah restrukturisasi obligasi senilai US$ 400 juta yang diterbitkan anak usaha BLTA, BLT Finance B.V. Surat utang itu akan diganti dengan obligasi berjaminan (guaranteed senior exchange notes) yang direncanakan jatuh tempo pada 2023.
Ashoya bilang, sekitar 89,73% pemegang saham yang menghadiri RUPST menyetujui BLTA untuk mengalihkan maksimum 529,5 juta saham di PT Buana Listya Tama Tbk (BULL) sebagai bagian dari restrukturisasi tersebut.
Saham BULL akan ditransfer BLTA kepada Madison Pacific Trust Limited sebagai wali amanat obligasi baru. BLTA juga mendapatkan restu dari 89,73% pemegang saham untuk meratifikasi penandatangan dan pelaksanaan perjanjian inter-kreditur.
BLTA juga disetujui untuk memberikan dua jaminan kepada Madison sebagai bagian restrukturisasi. Jaminan itu adalah seluruh saham BLTA di Diamond Pacific International Corporation (Labuan) dan second priority pledge atas seluruh saham di BLT LNG Tangguh Corporation.
Jaminan kedua adalah saham BLTA di BLT-Buana Holdings Pte. Ltd. BLTA sejatinya juga berencana menerbitkan 4,27 miliar saham baru atau setara 27% modal disetor dan ditempatkannya.
Harga saham private placement BLTA dipatok senilai Rp 62,5 per saham. Artinya, aksi ini bernilai Rp 266,87 miliar. BLTA akan memanfaatkan private placement ini untuk merestrukturisasi utangnya ke beberapa pihak.
Restrukturisasi ini hanya merupakan perpanjangan utang selama 10 tahun. Nantinya, para kreditur BLTA akan memperoleh bagian dari penerbitan saham baru tersebut sampai jangka waktu yang ditentukan.
Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ akan menguasai 0,1% saham BLTA, para pemegang obligasi rupiah akan meraih 2,6%, pemegang obligasi Yuan Hongkong akan mendapat 9,6%, pemegang obligasi konversi 6,2%, kreditur sewa akan mempunyai 5,7%, dan kreditur lainnya 2,8%.
Berdasarkan laporan keuangan Desember 2013, nilai penerbitan 4,26 miliar saham adalah US$ 25,15 juta. Namun karena ada tambahan penerbitan 7,13 juta saham lagi, nilainya bertambah US$ 30.000.
Aksi ini tentu saja menimbulkan dilusi bagi para pemegang saham BLTA. Kepemilikan PT Tunggal Adhi Baskara akan berkurang dari 37,9% menjadi 27,7%. Lalu kepemilikan Citibank Singapore akan terkikis dari 15,2% ke posisi 11,1%. Terakhir, saham publik akan berkurang dari 46,9% menjadi 34,2%.
Private placement ini juga akan mengurangi laba per saham BLTA dari US$ 0,015 menjadi US$ 0,012. Rencana private placement ini seharusnya juga dimintakan persetujuan dalam RUPST lalu.
Namun, tanpa alasan yang jelas, BLTA tidak jadi mengagendakan pembahasan mengenai rencana itu. "Dalam rapat (RUPST) tidak dilakukan pembahasan karenanya tidak dapat dilakukan pengambilan keputusan (atas rencana private placement)," tulis Ashoya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News