Reporter: Dina Farisah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) menutup volume transaksi tahun lalu sebesar 693.349 lot. Tahun ini, volume transaksi akan digenjot naik setidaknya 20%.
Menurut data BKDI, penurunan volume transaksi terbesar terjadi pada emas, dimana mengalami penurunan sebanyak 40% di banding tahun 2013 menjadi 76.109 lot. Sementara CPO menurun sebanyak 18% dibanding tahun 2013 menjadi 605.867 lot.
Adapun kontribusi volume transaksi terbesar disumbang oleh timah. Tahun lalu, timah membukukan kenaikan volume transaksi sebesar 466% dibanding tahun 2013 menjadi 11.373 lot.
Stella Novita Lukman, Head of Product Development PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) mengakui volume transaksi tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 20% dibanding tahun 2013. Sebab pada tahun 2014 terdapat beberapa sentimen negatif terhadap pasar komoditi global. Salah satunya terkait penurunan harga komoditi yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan oleh pelemahan ekonomi negara tujuan ekspor seperti China, Jepang dan Eropa.
"Khusus timah naik secara karena kontrak fisik timah batangan BKDI baru beroperasi pada bulan Agustus 2013," jelas Stella kepada KONTAN.
Tahun ini, BKDI berharap dapat meningkatkan volume transaksi multilateral sebesar 20% dibanding tahun lalu. Salah satu cara yang ditempuh BKDI untuk mewujudkan target tersebut adalah dengan meluncurkan kontrak baru. Pada kuartal II-2015, pihaknya berencana meluncurkan kontrak CPO dalam denominasi dollar AS. Namun, Stella belum bersedia mengungkapkan target volume transaksi CPO dollar AS ini.
Stella berharap semakin banyak pelaku usaha, baik dari produsen maupun konsumen CPO dapat bergabung dan memanfaatkan fungsi bursa sebagai sarana lindung nilai komoditi serta dapat menjalankan fungsi bursa sebagai sarana arbitrase.
Selain CPO dalam denominasi dollar AS, BKDI telah menyiapkan beberapa produk yang akan segera diluncurkan pada tahun ini. Kontrak tersebut antara lain kontrak fisik karet, kontrak suku bunga yaitu Jakarta Interbank Offer Rate (JIBOR) serta pasar fisik gula rafinasi. Saat ini, Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia sedang menunggu prosesnya di Kementerian Perdagangan. Rencananya, kontrak-kontrak tersebut akan diluncurkan pada kisaran kuartal ke II dan kuartal ke III-2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News