Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin (BTC) mencetak level harga tertinggi. Mengutip situs coinmarketcap, harga bitcoin berada di level US$ 118.856,47 pada Jumat (11/7) pukul 16.37 WIB, atau naik 6,91% dari hari sebelumnya.
Harga ini melampaui rekor sebelumnya di atas US$112.000 hanya satu hari sebelumnya. Dalam 24 jam, BTC telah menguat lebih dari 6%, dan secara tahunan melonjak lebih dari 100% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Lonjakan ini turut mendorong kapitalisasi pasar Bitcoin ke rekor baru sekitar US$2,34 triliun,” ujar Chairman Indodax, Oscar Darmawan kepada Kontan, Jumat (11/7).
Oscar mengatakan kenaikan harga Bitcoin hingga menyentuh kisaran US$118.000 menandai tonggak penting dalam perjalanan pasar aset digital global. Momentum ini menegaskan bahwa pasar kripto masih berada dalam tren penguatan yang solid.
“Saya melihat bahwa prospek jangka panjang Bitcoin tetap sangat menjanjikan. Sebagai aset digital dengan suplai terbatas dan sifat desentralistik, Bitcoin kini semakin diposisikan sebagai alternatif dari instrumen tradisional seperti emas, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global,” ucap Oscar.
Baca Juga: Trump Kembali Naikkan Tarif, Bitcoin Menguat Jadi Aset Lindung Nilai
Oscar menyebut, kenaikan ini dipicu oleh berbagai faktor. Di tingkat makro, ekspektasi pelonggaran suku bunga oleh The Fed telah mendorong investor global untuk melakukan diversifikasi aset, termasuk beralih ke instrumen lindung nilai seperti Bitcoin.
Di saat yang sama, ETF Bitcoin spot yang diperdagangkan di Amerika Serikat dan beberapa negara lain telah membuka jalan baru bagi investor institusional dan ritel untuk mengakses Bitcoin secara teregulasi.
Data menunjukkan bahwa hanya dalam sehari, ETF Bitcoin spot mencatat inflow bersih sebesar US$1,18 miliar, salah satu yang tertinggi dalam sejarah.
“Ini menjadi bukti bahwa arus modal institusi terhadap aset kripto semakin besar dan sistematis,” kata Oscar.
Selain itu, Oscar menilai, halving Bitcoin yang terjadi pada April 2024 lalu menjadi katalis penting. Penurunan reward mining menyebabkan suplai baru Bitcoin semakin terbatas, sementara permintaan meningkat, sehingga mendorong tekanan harga ke atas. Tak kalah penting, adopsi institusional juga terus menunjukkan tren positif.
Saat ini, terdapat 263 entitas publik global yang menyimpan cadangan Bitcoin. Dalam 30 hari terakhir saja, jumlah perusahaan dengan eksposur terhadap Bitcoin meningkat sebanyak 23 entitas. MicroStrategy, sebagai pemegang institusional terbesar, kini menguasai lebih dari 587.000 BTC senilai lebih dari US$70 miliar.
Baca Juga: Menilik Potensi Bitcoin di Tengah Kisruh Ancaman Kenaikan Tarif Trump
Di sisi lain, reli ini juga menyebabkan likuidasi besar-besaran terhadap posisi short di pasar derivatif. Ini mencerminkan bahwa pasar saat ini didominasi oleh sentimen bullish yang kuat, sebagaimana tercermin dalam Indeks Crypto Fear and Greed yang berada di level 71, masuk kategori “Greed”.
“Mengenai apakah Bitcoin masih menarik untuk diinvestasikan pada level harga saat ini, saya percaya bahwa pendekatan jangka panjang tetap relevan. Strategi seperti dollar-cost averaging (DCA) bisa menjadi metode yang bijak untuk masuk ke pasar secara bertahap dan disiplin, tanpa terlalu terpengaruh fluktuasi jangka pendek,”
Selain Bitcoin, Oscar mengatakan, aset kripto lain seperti Ethereum dan Solana juga menunjukkan prospek yang kuat. Ethereum telah berhasil menembus level psikologis US$3.000, tertinggi sejak Januari 2025, dengan volume perdagangan harian yang melonjak hingga US$39 miliar.
Sentimen positif terhadap Ethereum juga tidak lepas dari faktor regulasi dan arah kebijakan pemerintah AS, khususnya setelah pelantikan Presiden Donald Trump yang lebih terbuka terhadap industri kripto. Solana juga mengalami pertumbuhan signifikan karena skalabilitas dan kecepatannya yang mendukung banyak aplikasi Web3, NFT, dan gaming.
Secara keseluruhan, Oscar menilai bahwa ekosistem kripto tengah memasuki fase adopsi yang lebih matang.
“Namun demikian, saya tetap menganjurkan agar investor melakukan riset secara menyeluruh, memahami risiko, dan menyesuaikan strategi investasi dengan tujuan serta profil risiko masing-masing. Kripto adalah pasar yang dinamis, namun dengan pendekatan yang bijak, potensi jangka panjangnya masih sangat terbuka,” jelas Oscar.
Baca Juga: Bitcoin Cetak Rekor Tertinggi Baru
Dihubungi secara terpisah, Perencana Keuangan Finansia Consulting, Eko Endarto mengatakan, investasi bitcoin termasuk high risk. Jadi memang harus hati – hati dalam mengambil keputusan untuk investasi.
Menurutnya, kenaikan yang tinggi terbilang wajar karena kondisi ekonomi global dan internal masih belum pasti sehingga investor cari alternatif investasi.
“Masih boleh dijadikan investasi dengan syarat investor siap dengan risikonya,” ucap Eko.
Sebelumnya, Analyst Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan, tren lonjakan harga bitcoin diperkirakan akan terus berlangsung hingga akhir kuartal III-2025, bahkan bisa mencapai akhir 2025, terutama jika beberapa faktor kunci tetap mendukungnya.
Dia merujuk pada laporan dari TradingView dan Finance Magnates yang menunjukkan bahwa sebagian besar institusi finansial memproyeksikan adanya kenaikan harga bitcoin. Contohnya, Standard Chartered yang memprediksi harga bitcoin dapat menembus level US$ 200.000 pada akhir 2025.
“Jadi, meski tren menguat kemungkinan berlanjut sampai akhir tahun, rentang target sangat bergantung pada faktor pendukung tersebut dan harga bitcoin tetap bisa melebar dari US$ 100.000 hingga potensi bull case di kisaran US$ 200.000—250.000,” ujar Fyqieh, Kamis (10/7).
Baca Juga: Bitcoin Tembus Rekor Tertinggi, Kapitalisasi Pasar Kripto Global Capai Rp 56.144 T
Selanjutnya: Dirut Jadi Tersangka Kasus Korupsi Pertamina, IBC Buka Suara
Menarik Dibaca: Permintaan Magang Tinggi, BINUS-ASO Sering Kehabisan Mahasiswa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News