kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis lesu, UNTR mengerem ekspansi


Kamis, 04 Agustus 2016 / 23:15 WIB
Bisnis lesu, UNTR mengerem ekspansi


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. PT United Tractors Tbk (UNTR) mengakui kondisi bisnis alat berat dan pertambangan batubara masih lesu. Oleh karena itu, tahun ini, UNTR akan lebih konservatif dan tetap mendorong efisiensi untuk menjaga marjin.

Gidion Hasan, Direktur Utama UNTR mengatakan, tahun ini, UNTR mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 3 triliun hingga Rp 3,5 triliun. Sebagian besar dialokasikan untuk segmen usaha kontraktor penambangan.

Namun, sepanjang semester I 2016, UNTR baru menyerap belanja modal sebesar Rp 800 miliar atau 22,8% dari rencana belanja modal hingga akhir tahun. "Kami menggunakan untuk kebutuhan perawatan reguler dan operasional," ujarnya di Jakarta, Kamis (4/8).

Pada periode itu, pendapatan bersih UNTR turun 10% menjadi Rp 22,6 triliun dibandingkan Rp 24,9 triliun pada periode yang sama tahun 2015. Adanya penurunan penjualan dan marjin pendapatan, ditambah adanya kerugian nilai tukar mata uang asing, membuat laba bersih UNTR anjlok sebesar 46% menjadi Rp 1,9 triliun dari Rp 3,4 triliun.

Sampai bulan Juni, segmen mesin konstruksi sampai mencatat penurunan penjualan alat berat Komatsu sebesar 25% menjadi 1.036 unit dari 1.375 unit pada periode yang sama tahun 2015. Penurunan penjualan alat berat terjadi di semua sektor pengguna alat berat, kecuali sektor konstruksi yang tetap menunjukkan adanya peningkatan.

Meski demikian, Komatsu mempertahankan posisi sebagai market leader alat berat, dengan pangsa pasar domestik sebesar 34%. "Sampai akhir tahun kami tetap menargetkan penjualan alat berat sebesar 2.000-2.500 unit," ujar Direktur UNTR, Iwan Hadiantoro.

Sementara itu, bidang usaha kontraktor penambangan yang dioperasikan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA) membukukan penurunan pendapatan bersih sebesar 22% sebesar Rp 11,6 triliun sepanjang semester pertama tahun 2016, dibandingkan Rp 14,7 triliun pada periode yang sama tahun 2015.

PAMA juga mencatat penurunan volume produksi batu bara sebesar 4% menjadi 49,8 juta ton, dibandingkan 52 juta ton. Sementara itu, volume pemindahan tanah (overburden removal) turun sebesar 9% menjadi 339,2 juta bcm dari 373.7 juta bcm. Tahun ini, PMA menargetkan volume overburden removal sebesar 630 juta bcm.

Lalu, bidang usaha pertambangan yang dijalankan PT Tuah Turangga Agung mencetak kenaikan penjualan batubara sebesar 58% menjadi 4,5 juta ton. Tuah Turangga  menargetkan bisa mencetak penjualan batubara hingga 6-7 juta ton pada tahun ini.

Sementara itu, bidang usaha Industri Kontruksi yang dijalankan melalui PT Acset Indonusa Tbk (ACST) membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 944 miliar dan mencatat laba bersih sebesar Rp 33 miliar. Sampai dengan bulan Juni 2016, ACST telah mendapatkan kontrak baru sebesar Rp 2,4 triliun.

Narita Indrastiti

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×