Sumber: KONTAN | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Semester kedua 2009, harga timah mulai naik. Berdasarkan data di London Metal Exchange (LME) pukul 16.30 WIB, kemarin (1/9), harga timah pengiriman September 2009 naik 0,7% menjadi US$ 14.340 per ton.
Harga timah ini memang masih lebih rendah ketimbang sepekan sebelumnya (24/8) yang menyentuh US$ 14.785 per ton. Namun, jika membandingkannya dengan awal tahun ini, harga timah sudah naik sekitar 86,3%. Awal 2009, harga timah masih berada di level US$ 10.500 per ton.
Membaiknya harga timah di semester kedua 2009 ini memberi peluang PT Timah Tbk (TINS) memperbaiki kinerjanya. Maklum, semester pertama 2009, laba bersih TINS menukik 96,1% menjadi Rp 42,82 miliar. Itu terjadi akibat harga timah rendah.
Metty Fauziah, Analis Danareksa memperkirakan, harga timah cenderung membaik pada semester kedua tahun ini. Salah satu pemicunya adalah penurunan produksi timah liar akibat penertiban tambang timah liar di Indonesia. Pekan lalu, polisi merazia dan menangkap bos perusahaan yang menampung timah ilegal di Ketapang, Kalimantan Barat, serta Bangka Belitung.
Kebetulan, biasanya di kuartal ketiga permintaan timah naik. Kombinasi itu akan membuat harga timah menanjak. "Saya perkirakan harga timah tahun ini berada di kisaran US$ 13.000 per ton," ungkapnya. Tapi, harga ini masih kalah dibandingkan harga jual rata-rata tahun lalu sebesar US$ 18.000 per ton.
Metty meramal, tahun ini TINS hanya akan berhasil menjual timah batangan sebanyak 40.000 ton-45.000 ton, turun dari tahun lalu yang mencapai 49.029 ton.
Penjualan biji timah kemungkinan juga turun menjadi 30.000 ton dari 43.383 ton pada tahun lalu. Makanya, Metty menaksir penjualan TINS tahun ini hanya akan sebesar Rp 6,9 triliun.
Sementara, Rania Rahmundita, Analis CIMB-GK Securities dalam risetnya juga meramal harga timah di semester kedua bakal merangkak naik. Ia menduga harga rata-rata timah akan berada pada level US$ 14.000-US$ 15.000 per ton. "Saya percaya TINS akan mampu menjual 48.000 ton timah tahun ini," tegasnya. Dus, kinerja TINS akan membaik di semester kedua tahun ini.
Menurut Rania, kenaikan harga timah ini terjadi akibat dua hal. Pertama, penghentian produksi dan ekspor akibat penutupan tujuh tambang timah ilegal di Indonesia. Padahal, ketujuh tambang ilegal itu menyumbang 25%-30% produksi timah Indonesia.
Kedua, tingginya permintaan timah China. CIMB-GK mencatat, China telah mengimpor 2.114 ton timah di Juli 2009, naik 125% dari setahun lalu. Sejak awal tahun hingga Juli 2009, China telah mengimpor 16.585 ton timah, naik 105% ketimbang setahun lalu.
Memang, harga saham TINS cenderung turun akhir-akhir ini. Tapi, Rania melihat saham TINS akan menuju Rp 2.410 per saham. Ia pun merekomendasikan tahan saham ini untuk beberapa waktu ke depan.
Metty malah merekomendasikan beli. Sebab, price earning ratio (PER) TINS masih di bawah 10 kali. Sementara, PER industri logam sudah 12-13 kali. Metty menghitung, harga wajar saham TINS Rp 2.500 per saham. Kemarin, harga saham TINS turun 2,41% menjadi Rp 2.025 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News