Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bisnis pertambangan PT United Tractors Tbk (UNTR) masih lesu. Hingga Juli 2015, anak usaha Grup Astra ini hanya menjual 3,1 juta ton batubara. Jumlah itu turun 17,57% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Sejatinya, pada Juni lalu, UNTR sempat membukukan kenaikan penjualan batubara menjadi 520.000 ton. Namun, pada bulan Juli, penjualan merosot menjadi 381.000 ton. Tak hanya itu, bisnis alat berat perseroan jeblok. UNTR hanya mampu menjual alat berat Komatsu sebanyak 1.512 unit dalam tujuh bulan pertama tahun ini. Jumlah tersebut merosot 39,7% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Penjualan alat berat pada Juli lalu yang paling sepi sepanjang tahun ini, yaitu 137 unit. Jika dirinci, penjualan alat berat dari sektor pertambangan turun dari 36% menjadi 31% terhadap total penjualan. Permintaan alat berat lebih banyak berasal dari sektor konstruksi, yaitu menyumbang 32% terhadap total penjualan. Pada periode yang sama tahun lalu, penjualan dari sektor ini hanya berkontribusi 28%.
Sekretaris Perusahaan UNTR Sara K. Loebis mengatakan, saat ini, permintaan alat berat sedang lesu. "Sektor pertambangan sedang tidak bagus, permintaan pun turun," ujar Sara, Kamis (27/8).
Untuk mengatasi pelemahan sektor pertambangan batubara dan alat berat, UNTR tengah bersiap merambah bisnis pembangkit listrik. Perusahaan bakal menggarap satu pembangkit listrik melalui cucu usahanya, PT Energia Prima Nusantara.
Saham EPN dikendalikan anak usaha UNTR, yakni PT Pamapersada Nusantara (PAMA). Beberapa waktu lalu, PAMA memberikan fasilitas pinjaman bagi Energia senilai US$ 47,5 juta. Pinjaman itu untuk pembangunan pembangkit listrik. Namun, Sara belum mau merinci proyek itu. Ia hanya bilang, financial closing proyek diharapkan bisa rampung secepatnya. "Pengerjaan proyeknya mungkin belum di tahun ini," tukasnya.
Maynard Arif, Analis DBS Vickers Securities. menilai, penurunan harga komoditas akan menyebabkan penjualan alat berat lebih sedikit pada semester II. Tak heran, DBS merevisi turun target kinerja UNTR tahun ini dan tahun 2016.
"Penjualan alat berat hanya mencapai 2.750 unit tahun ini, turun dari target sebelumnya 3.600 unit," tulisnya dalam riset Kamis (27/8). Namun, UNTR akan mendapat sedikit berkah dari penguatan dollar AS terutama untuk bisnis kontraktor batubara. Di bisnis ini, UNTR mencetak pendapatan dalam dollar AS, sementara biaya yang dikeluarkan dalam rupiah.
Proyeksi Maynard, pendapatan UNTR tahun ini turun menjadi Rp 51,4 triliun, dibandingkan tahun lalu Rp 53,14 triliun. Namun, laba bersih diperkirakan masih bisa naik menjadi Rp 5,7 triliun dari tahun lalu Rp 5,3 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News