Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Laju bisnis PT Astra International Tbk (ASII) di 2013 terbilang berat. Ini tercermin dari kinerja operasional dua anak usaha ASII, yakni PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) sepanjang Januari-Agustus 2013.
Dua anak usaha ASII tertekan karena harga komoditas batubara dan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang jeblok. Imbasnya, performa operasional UNTR dan AALI jauh dari menggembirakan.
Di delapan bulan tahun ini, UNTR hanya melego 2.981 unit unit alat berat merek Komatsu, anjlok 40,79% dari periode sama tahun lalu sebanyak 5.035 unit. Penjualan alat berat UNTR terburuk terasa di bulan Agustus 2013, cuma 211 unit. "Penjualan turun karena terpotong libur Lebaran," kata Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan UNTR.
Sejak pertengahan tahun lalu, permintaan alat berat UNTR memang menurun drastis. Terutama dari sektor pertambangan batubara. Para produsen batubara yang merupakan klien utama UNTR menekan produksi lantaran anjloknya harga batubara.
Kondisi tersebut memaksa perusahaan tambang menunda pembelian alat berat. Faktor ini tercermin dari penjualan alat berat UNTR di Januari-Agustus 2013. Sektor pertambangan batubara hanya menyerap 45% dari total penjualan alat berat UNTR.
Bandingkan dengan penyerapan sektor ini di periode sama 2012 yang mencapai 58% dari total penjualan alat berat UNTR. Melihat performa menurun, UNTR berencana merevisi target penjualan alat berat di tahun ini yang sebelumnya 5.000 unit.
Cuma, Sara enggan membeberkan, target baru penjualan alat berat di tahun ini lantaran, masih dalam perhitungan manajemen.
Apesnya, bisnis alat berat yang melempem ternyata diikuti oleh performa negatif unit produksi batubara UNTR. Pada Januari-Agustus 2013, dua tambang UNTR, yaitu PT Tuah Turangga Agung (TTA) dan PT Prima Multi Mineral (PMM), hanya mampu menjual 2,62 juta ton batubara, lebih rendah 36,91% dari periode sama tahun lalu.
Penjualan AALI tertekan
Kinerja anak usaha ASII yang lain, yakni AALI juga belum lepas dari tekanan. Penjualan AALI tertekan karena penurunan harga jual CPO. Sepanjang Januari-Agustus 2013, total penjualan AALI turun 2,99% menjadi Rp 7,26 triliun. Padahal, volume penjualan CPO AALI naik 12,4% menjadi 980.591 ton. Namun, karena harga jual rata-rata CPO yang turun 13,4% menjadi Rp 6.735 per kilogram (kg), penjualan AALI pun merosot.
AALI sedikit tertolong penjualan kernel yang masih naik 32,33% menjadi Rp 625,93 miliar. Namun, penjualan minyak kernel alias palm kernel oil (PKO) turun 88,47% menjadi Rp 26,27 miliar.
Budi Rustanto, analis Valbury Asia Securities bilang, ASII tidak dapat berharap dari hasil kinerja UNTR dan AALI. Sebab, harga batubara maupun CPO akan tertekan hingga akhir 2013. Tapi, ASII masih bisa berharap dari bisnis utama, yakni otomotif.
Pada Januari-Agustus 2013, penjualan mobil ASII naik 6% menjadi 417.407. Selain itu, penjualan sepeda motor ASII juga meningkat 14% menjadi 3,07 juta unit di periode sama. Ini mengukuhkan ASII sebagai penguasa industri sepeda motor dengan pangsa pasar sebesar 60%.
"Bisnis otomotif ASII sejauh ini masih positif, apalagi ada tambahan dari LCGC (mobil murah ramah lingkungan)," terang Budi. ASII meluncurkan dua mobil LCGC, Toyota Agya dan Daihatsu Ayla. ASII menargetkan bisa menjual Ayla 3.000-4.000 unit per bulan. Sementara Agya bisa terjual 2.000-5.000 unit per bulan.
Karena itu, Budi masih merekomendasikan beli saham ASII di harga Rp 8.000. Rabu (25/9), harga ASII turun 1,56% ke Rp 6.300 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News