Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perdagangan menyoroti langkah-langkah dunia usaha dalam memajukan ekspor produk-produk unggulan Indonesia ke luar negeri. Para pengusaha didorong menciptakan berbagai inovasi dan terobosan di tengah pandemi Covid-19 agar produknya mampu bersaing di pasar global.
Pemerintah mendukung peluang ekspor komoditas Indonesia, termasuk tekstil dan produk tekstil (TPT) lewat sejumlah kebijakan serta sejumlah strategi seperti pelatihan, penyederhanaan perizinan, dan insentif. Penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA) barang ekspor juga didorong untuk dipercepat.
Dari data yang dimiliki Kemendag, pada semester I-2020, ekspor produk TPT Indonesia tercatat mencapai US$ 5,01 miliar. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat seiring mulai membaiknya situasi ekonomi dunia karena banyak negara yang mulai melakukan penelitian vaksin Covid-19.
PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT) salah satu yang terus menggali peluang pasar ekspor, salah satunya menggenjot ekspor ke Amerika Latin. Perusahaan ini telah berhasil melebarkan sayap ekspornya dari Asia ke Afrika, Amerika Latin dan Eropa.
Baca Juga: Saham PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT) dalam pengawasan BEI
“Dalam kesulitan pasti ada jalan. Saat awal-awal Covid-19, pasar utama kami di Asia terhambat. Tapi sekarang, produk benang kami telah tembus ke Eropa, yakni Belgia, Rusia, Kroasia dan Ukraina dan beberapa negara Amerika Latin seperti Cili, Uruguay dan Kolombia,” kata Direktur Utama SBAT Jefri Junaedi dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Minggu (13/9).
Dia menambahkan, SBAT akan terus meluaskan pasarnya di Amerika Latin yang memang punya kebutuhan akan industri tekstil, terutama benang untuk bahan baku alas kaki. Hal ini sesuai dengan harapan Duta Besar RI untuk Argentina merangkap Paraguay dan Uruguay, Niniek Kun Naryati.
Niniek mengungkapkan, sejumlah peluang ekspor yang dapat ditingkatkan pengusaha dan para pelaku eksportir Indonesia ke Amerika Latin khususnya Argentina.
“Industri kita punya peluang untuk menjadi pemasok bahan baku industri nasional di Argentina, salah satunya produk alas kaki. Permintaan produk yang berkaitan dengan olahraga dan alas kaki menjadi kebutuhan masyarakat Argentina,” kata Niniek dalam diskusi virtual bertema Potensi Bisnis Indonesia di Amerika Selatan pada Jumat (11/9).
Peluang menguatnya ekspor industri tekstil dibantu oleh Peraturan Menteri Perdagangan No.57 Tahun 2020 soal Percepatan Ekspor Bahan Baku untuk Masker dan APD termasuk di dalamnya bahan-bahan berbasis tekstil, asalkan sudah memenuhi kebutuhan domestik. Beberapa APD seperti sarung tangan, baju dan masker memerlukan benang berkualitas tinggi.
Menurut praktisi pasar modal dan CEO Happy Trading Bardas Manroe, emiten berbasis ekspor seperti SBAT yang bergerak di bidang tekstil bisa mendulang untung sekaligus penyelamat indeks dalam kondisi pandemi seperti ini. Saat semua sektor bergerak terbatas, emiten berorientasi ekspor bergerak relatif baik.
Saham emiten ekspor, stabil selama beberapa bulan belakangan ini. "Saya lihat beberapa saham lumayan bagus. Soalnya porsi ekspor mereka besar dan berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan.
Saham SBAT misalnya, itu masih berpeluang naik menuju target harga Rp 525 per saham, dan layak dicermati untuk di akumulasi dengan batas bahaya atau suport di harga Rp 214," jelasnya. Pada perdagangan Jumat, (12/9), saham SBAT ditutup naik 6,67% ke level Rp 256.
Baca Juga: Bakal dapat suntikan modal asing Rp 200 miliar, saham Sejahtera (SBAT) kian naik
Komitmen pemerintah lindungi industri tekstil juga terlihat dari terbitnya Permenkeu No.56 Tahun 2020 yang memberikan bea masuk tindakan pengamanan bagi produk benang (selain benang jahit) dari serat stapel sintetik dan artifisial. Hal ini untuk mencegah membanjirnya produk benang impor yang melemahkan daya saing industri tekstil dalam negeri.
Besaran bea masuk dibagi dalam tiga periode. Pertama, 27 Mei 2020-8 November 2020 sebesar Rp1.405 per kg. Kedua, 9 November 2020-8 November 2021 yakni Rp1.192 per kg. Ketiga, 9 November 2021-8 November 2022 sebesar Rp979 per Kg. “Beleid ini bisa membantu SBAT memimpin pasar domestik, sekaligus meluaskan lagi pasar ekspor di lebih dari 22 negara.” pungkas Bardas.
Selanjutnya: Sejahtera Bintang Abadi Textile (SBAT) genjot kinerja, begini strateginya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News