Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri tekstil dunia tengah terpukul oleh pandemi Covid-9. Penjualan tekstil dan produk tekstil (TPT) terutama yang berasal dari Tiongkok pada pertengahan tahun ini diperkirakan turun hampir sekitar 50% di pasar dunia. Perlambatan itu terjadi karena negara itu tengah berkonsentrasi mengendalikan Covid-19.
Namun, kondisi tersebut justru jadi keuntungan bagi industri tekstil tanah air, terutama yang berorientasi pada pasar ekspor seperti PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT).
Emiten yang mempunyai pabrik di Bandung Jawa Barat ini sudah menyiapkan strategi untuk meningkatkan pangsa pasar atau market share serta kinerja di tahun 2020.
Dalam catatan Komite Ekonomi Industri Nasional (KEIN), industri tekstil merupakan sektor manufaktur yang mencatatkan pertumbuhan paling tinggi sepanjang tahun 2019.
Baca Juga: Sejahtera Bintang Abadi Textile (SBAT) genjot kinerja, begini strateginya
Selain itu, dalam peta jalan Making Indonesia 4.0, industri tekstil itu satu dari lima sektor manufaktur yang sedang diprioritaskan pengembangannya.
Direktur Utama SBAT Jefri Junaedi mengatakan, sampai akhir tahun ini SBAT berharap market share bisa meningkat.
"Nah, ini jadi peluang kami untuk menggarap pasar lokal seiring melandainya pasokan produk dari RRC di dalam negeri dan pasar dunia, sekaligus mengembangkan pasar ekspor di Eropa, Amerika Latin dan Afrika yang peluangnya masih besar dan menjanjikan," kata Jefri dalam keterangan resminya, Minggu (6/9).
Pasar domestik memang masih menjadi andalan SBAT, dengan persentase penjualan 70% dan pasar ekspor 30%. Namun, jika melihat situasi pasar tekstil dunia saat ini, kata Jefri, tidak tertutup kemungkinan pasar ekspor kita akan meningkat 15%-20% tahun ini.
SBAT merupakan perusahaan penghasil benang hasil daur ulang bahan tekstil terbesar di Indonesia, dengan dua jenis benang yang dihasilkan, yakni open end dan ring spinning.