Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen plastik kemasan PT Sinergi Inti Plastindo Tbk telah resmi menjadi perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak Kamis (14/11). Kini perusahaan tersebut resmi memiliki kode saham ESIP.
Dari penawaran saham perdana tersebut, ESIP meraup dana segar Rp 30,97 miliar untuk meningkatkan kapasitas produksi dan volume penjualan plastik kemasan. Direktur Utama ESIP Eric Budisetio Kurniawan mengatakan perusahaan akan fokus memproduksi plastik kemasan untuk kebutuhan e-commerce mengingat transaksi belanja online saat ini cukup besar.
Baca Juga: Usai IPO, Sinergi Inti (ESIP) akan tambah kapasitas produksi jadi tiga kali lipat
Kontan mencatat Bank Indonesia (BI) pernah mempublikasikan nilai transaksi e-commerce di empat marketplace terbesar di Indonesia pada tahun 2018 diestimasikan mencapai Rp 110,96 triliun. “Ke depan kan juga sebagai tren lebih terjangkau berbelanja lewat online, jadi visi misi membangun pabrik baru untuk masuk ke kemasan untuk pengiriman online,” ujar Eric kepada Kontan.co,id belum lama ini.
Tak dapat dipungkiri, kebutuhan plastik dalam belanja online memang belum tergantikan. Pengiriman barang akan lebih aman bila dilapisi plastik kemasan. Dari pola belanja seperti inilah, akhirnya ESIP menangkap peluang yang besar untuk menargetkan pasar e-commerce.
Untuk mendukung strategi perusahaan tersebut, dana hasil penawaran umum saham perdana digunakan Eric untuk menyelesaikan pembayaran pabrik kedua di daerah Tigaraksa, Tangerang, Banten. Pabrik tersebut merupakan pabrik kedua ESIP. Pabrik sudah berdiri di atas tanah seluas 5.511 meter persegi, dengan luas bangunan 3.470 meter persegi dan terdiri dari dua lantai.
Baca Juga: Harga saham Sinergi Inti Plastindo (ESIP) melonjak 69,33% pada perdagangan perdana
Nantinya, pabrik ini diproyeksikan berkapasitas hingga 7.800 ton. Namun, dalam perkembangannya nanti perusahaan akan secara bertahap meningkatkan kapasitas. Dalam dua tahun ke depan, perusahaan akan meningkatkan kapasitas produksi sekitar 2.800 ton hingga 3.000 ton plastik. Kemudian akan ditingkatkan menjadi 7.800 ton pada tahun 2022.
“Kami ingin mencuil sedikit marketshare. Dalam hal ini kapasitas yang kami targetkan dua kali lipat untuk dua tahun ke depan,” jelas Eric.
Dengan penambahan kapasitas tersebut, Eric juga memproyeksikan pendapatan perusahaan akan tumbuh dua kali lipat juga dalam dua tahun ke depan. Namun, karena ESIP akan menggunakan pabrik baru, maka manajemen mesti bersabar menunggu mesin produksi selesai dirakit dan siap digunakan untuk produksi.
Eric juga mengatakan sejatinya pasar untuk plastik kemasan tidak akan pernah habis. Pasalnya, semua lini kehidupan membutuhkan plastik. Menurutnya, industri plastik masih akan terus menjanjikan lantaran rata-rata permintaan plastik naik 7% per tahunnya.
Apalagi bila ada gelaran besar seperti pesta politik pada April 2019 lalu. Tak heran, hajatan besar laiknya kampanye pemilu lekat dengan penggunaan plastik kemasan. Di samping itu, Eric sempat mengatakan ongkos produksi plastik merupakan yang paling murah bila dibandingkan dengan ongkos produksi kayu dan kertas.
Tak dapat dipungkiri, meski tahun ini plastik bisa dikatakan mendapat berkah dari gelaran politik, di tahun yang sama pengenaan cukai plastik juga kembali mencuat. Pemerintah mengusulkan kantong plastik sebagai Barang Kena Cukai (BKC). Kementerian Keuangan mengusulkan kantong plastik sekali pakai (kresek) dikenai tarif cukai Rp 200 per lembar. Usulan ini dikarenakan pemerintah menilai plastik memiliki dampak destruktif bagi lingkungan.
Melihat itu, Eric mengaku tak terlalu khawatir. Meski nantinya produksi plastik akan lebih mahal dan menurunkan daya saing, ia tetap berkeyakinan plastik tetap akan dibutuhkan. Di sisi lain, perusahaan juga sudah berencana melakukan diversifikasi bisnis.
Baca Juga: Sinergi Inti Plastindo menggelar IPO dengan harga penawaran Rp 163 per saham
“Ada cukai dan pelarangan tetap ikuti, mendukung. Namun saya percaya plastik sulit dihilangkan 100% karena mau minum air saja kemasannya plastik,” imbuh Eric.
Lebih lanjut, Eric menjelaskan saat ini perusahaan dalam kondisi yang stabil lantaran memiliki mitra yang setia dan siap mendukung. Contohnya, ESIP sudah menjajaki pasar baru di Makassar, Sulawesi.
Sayangnya, beberapa waktu silam, ESIP belum sanggup memenuhi pesanan tersebut karena utilisasi pabrik pertamanya sudah mencapai 95% sehingga tidak bisa menampung pesanan baru.
“Mungkin dengan pabrik baru, kami bisa mengalokasikan penambahan produksi, apalagi saat ini transportasi juga sudah lebih mudah aksesnya,” tutup Eric.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News