Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Selanjutnya, pada tahun 2021, Blibli melengkapi ekosistem omnichannel dengan penambahan produk segar dan kebutuhan sehari-hari lewat akuisisi PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC), pengelola sejumlah supermarket seperti Ranch Market dan Farmers Market.
Sejumlah strategi bisnis tersebut membawa pertumbuhan pendapatan neto selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2019, pendapatan neto Blibli tercatat senilai Rp 4,18 triliun, lalu naik menjadi Rp 4,29 triliun pada tahun 2020.
Kemudian, pendapatan neto Blibli melonjak 106,29% menjadi Rp 8,85 triliun pada tahun 2021. Hingga periode Juni 2022, Blibli sudah mampu membukukan pendapatan neto sebesar Rp 6,71 triliun atau meningkat 124,41% dari posisi Rp 2,9 triliun per Juni 2021.
Baca Juga: Bukalapak (BUKA) Jadi Saham Teknologi Bervaluasi Murah di LQ45, Ini Penyebabnya
Meski begitu, Blibli masih menderita rugi tahun berjalan senilai Rp 2,5 triliun hingga periode Juni 2022, melesat 125,22% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dalam tiga tahun terakhir, Blibli menderita rugi sebanyak Rp 2,99 triliun pada tahun 2019, Rp 2,41 triliun pada tahun 2020, dan naik menjadi Rp 3,35 triliun pada tahun 2021.
Adapun, Blibli memiliki total aset senilai Rp 16,88 triliun per 30 Juni 2022. Terdiri dari total aset lancar sebesar Rp 5,38 triliun dan total aset tidak lancar senilai Rp 11,48 triliun.
Baca Juga: Antrian IPO di BEI Masih Panjang, Masih Berpotensi untuk Dilirik
Sedangkan total liabilitas Blibli per 30 Juni 2022 sebesar Rp 8,70 triliun, dengan liabilitas jangka pendek Rp 7,39 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 1,31 triliun. Sementara total ekuitas Blibli tercatat sebesar Rp 8,16 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News