Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten semen dihadapkan dengan kenaikan harga batubara dan minyak yang menjadi komponen biaya produksi. Hal ini diyakini berpotensi menggerus emiten semen.
Dalam risetnya yang dirilis 24 Agustus 2021, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Mimi Halimin menilai, melajunya harga batubara global membawa kekhawatiran pada margin profitabilitas PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).
Meskipun Mimi menilai INTP dapat memitigasi kenaikan harga batubara dengan melakukan efisiensi biaya, tetap saja Mimi memperkirakan margin kotor INTP tahun ini akan menurun dari tahun lalu.
Baca Juga: Penjualan Indocement (INTP) tumbuh 7% per Agustus, simak rekomendasi sahamnya
Sebagai perbandingan, harga rata-rata batubara pada tahun 2020 relatif rendah, terutama pada kuartal III 2020 tahun lalu. Alhasil, Mirae Asset Sekuritas merevisi perkiraan margin profitabilitas INTP.
Mimi memperkirakan margin kotor INTP tahun ini akan berada di angka 34,6%, menurun dari margin tahun lalu di angka 36,1%. Dus, Mimi memperkirakan laba bersih INTP di semester ini akan lebih rendah dari tahun lalu, akibat adanya potensi margin yang lebih rendah.
Namun, Mimi meyakini kinerja INTP pada semester ini akan jauh lebih baik daripada kinerja di semester I-2021.
Baca Juga: Saham Indocement (INTP) dapat rekomendasi beli, ini alasannya
Mimi memperkirakan total volume penjualan semen INTP tahun ini mencapai kisaran 18,1 juta ton, naik 5,84% dari penjualan di tahun 2020 sebesar 17,1 juta ton.
Kenaikan volume penjualan didukung oleh potensi lebih banyaknya proyek konstruksi di paruh kedua tahun ini dan potensi dimulainya kembali kegiatan ekonomi secara bertahap. Mimi mempertahankan rekomendasi trading buy saham INTP dengan target harga Rp 12.600.