kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

BI Rate Turun, Harga SUN Merangkak Naik


Selasa, 09 Desember 2008 / 08:33 WIB


Sumber: KONTAN | Editor: Didi Rhoseno Ardi

JAKARTA. Pamor obligasi pemerintah alias Surat Utang Negara (SUN) selama sepekan terakhir mulai terangkat. Lihat saja, harga SUN seri FR0048.

Jumat (5/12) pekan lalu, harga obligasi bertenor sepuluh tahun itu telah merangkak menjadi 74,40, dengan imbal hasil (yield) mencapai 13,85%. Padahal, empat hari sebelumnya (1/12), harga SUN ini masih di level 68,50, dengan yield 15,30%.

Bahkan, pada akhir Oktober lalu, harga FR0048 pernah terpuruk hingga 51,00 dengan yield 20,90%. Itu merupakan harga terburuk tahun ini.

Indeks harga SUN hitungan Himpunan Pedagang Surat Utang Negara (Himdasun) juga menanjak jadi 81,60, Jumat (5/12). Senin lalu (1/12), indeks itu masih terpuruk di 76,55.

Analis menilai, penguatan harga SUN pekan lalu itu dipicu oleh keputusan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan bunga acuan atau BI rate sebesar 0,25% menjadi 9,25%. Dengan penurunan BI rate ini, para investor mulai kembali melirik SUN. Ini rumus dasar, jika bunga turun, harga obligasi akan cenderung naik. Sebab, tuntutan yield investor juga ikut turun.

Dian Abdul Hakim, Analis Kim Eng Securities, dalam risetnya menyebutkan, pekan lalu kenaikan harga SUN juga terdorong pengumuman inflasi November.

Direktur First State Investment Putut Endro Andanawarih juga menambahkan, saat ini, harga SUN sudah murah. Apalagi yield-nya cukup menarik. Memang, kondisi pasar global masih menghantui pergerakan SUN dalam jangka pendek. "Tapi, setelah pasar mulai membaik dan BI rate melandai, investor akan kembali melirik SUN," katanya.

Putut menjelaskan, jika membandingkannya dengan obligasi terbitan pemerintah negara-negara Asia Tenggara lainnya, SUN Indonesia jauh lebih menarik karena memiliki kupon dan yield yang tinggi. Dia melihat, harga SUN akan terus menanjak seiring maraknya permintaan pasar. "Investor memilih instrumen investasi bukan karena cinta negara, tapi bagaimana suatu negara memberikan keuntungan yang tinggi. Indonesia salah satunya," katanya.

Dian melihat, penurunan bunga akan menentukan nasib SUN selanjutnya. Dia menyarankan investor mengoleksi SUN bertenor menengah dan memegang hingga jatuh tempo SUN dengan tenor jangka pendek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×