kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Moodys: Peringkat SUN Indonesia Stabil


Rabu, 03 Desember 2008 / 07:59 WIB


Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Walaupun terkena imbas dari krisis ekonomi yang melanda dunia, pasar Surat Utang Negara (SUN) Indonesia masih tetap menarik. Pasalnya, surat utang yang dikeluarkan pemerintah ini masih memiliki fundamental yang kuat.

Dalam laporannya yang terbaru, Moodys Investors Service menilai fundamental SUN Indonesia tidak akan terkikis oleh krisis karena pemerintah telah membuat kebijakan yang responsif untuk mengatasi krisis finansial global. "Ketahanan Indonesia terhadap sentimen dari luar dan manajemen likuiditas pemerintah sejalan dengan kemampuan otoritas untuk mengatur keuangan," tulis Aninda S. Mitra, Wakil Presiden Analis Senior Moodys dalam laporannya yang dirilis kemarin.

Berdasarkan hal tersebut, Moodys memberikan rating Ba3 untuk SUN Indonesia, atau tiga tingkat di bawah investment grade dengan outlook stabil.

Walaupun begitu, Mitra menilai pasar SUN Indonesia masih berisiko. Menurut dia, walaupun saat ini duit pemerintah masih cukup untuk membayar bunga obligasi yang jatuh tempo, aliran dana keluar dari Indonesia serta permintaan dolar dari masyarakat maupun perusahaan dalam negeri bisa mendorong rupiah melemah.

Hal itu bisa berakibat buruk pada pasar SUN. Untuk itu, pemerintah Indonesia harus memperkuat kerangka kerja dalam mengatasi krisis. "Kalau tidak, krisis finansial bisa mengikis kualitas SUN lebih dari yang bisa diantisipasi," terang Mitra.

Investor juga melihat pasar SUN di Asia, termasuk Indonesia, masih berisiko. Indeks Markit iTraxx Asia yang berisi 20 obligasi dengan yield tinggi di Asia kecuali Jepang, hari Senin lalu mencapai 1.220, atau naik 17% dari posisi indeks pada 10 November, yaitu 1012,505.

Masih murah

Artinya, investor melihat risiko berinvestasi pada obligasi dengan yield tinggi di kawasan Asia meningkat. Sekadar info, SUN Indonesia termasuk salah satu obligasi yang membentuk nilai indeks tersebut.

Investor asing pun lebih memburu SUN Amerika Serikat yang lebih ngetop dengan sebutan Treasury Bond (T-Bond). Pada 1 Desember lalu yield T-Bond anjlok ke level terendah di 2,73%. Kemarin, yield obligasi bertenor 10 tahun itu naik tipis menjadi 2,78%.

Namun analis obligasi PT Danareksa Sekuritas, Budi Susanto optimistis prospek SUN masih bagus. Menurutnya, asing masih meyakini kekuatan ekonomi Indonesia. "Indonesia dianggap mampu lewati krisis ini," ujar Budi, kemarin.

Budi melihat penurunan tingkat inflasi di bulan November 2008 menjadi hanya 0,12% merupakan sentimen positif. Kini Bank Indonesia (BI) dan pemerintah cuma perlu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, misal dengan memangkas suku bunga acuan (BI rate).

Budi memprediksi, paling lambat awal tahun 2009 BI akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Penurunan suku bunga ini akan kembali mengerek harga obligasi. Dus, Budi menyarankan investor yang ingin berinvestasi di SUN agar masuk sekarang. "Belum terlambat untuk masuk pada saat ini," cetus Budi.

Memang, ada beberapa obligasi yang harganya sudah terhitung mahal. "Namun beberapa masih undervalued dibanding kurva imbal hasil wajarnya," tulis analis obligasi Kim Eng Securities Dian Abdul Hakim dalam risetnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×