kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI Pertahankan Bunga Acuan di 3,5%, Begini Efeknya ke Rupiah


Kamis, 23 Juni 2022 / 19:51 WIB
BI Pertahankan Bunga Acuan di 3,5%, Begini Efeknya ke Rupiah
ILUSTRASI. Nilai tukar rupiah./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/.


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5% dalam Rapat Dewan Gubernur BI Juni 2022. 

Selain menahan suku bunga acuan, bank sentral juga menahan suku bunga deposit facility sebesar di level 2,75% dan suku bunga lending facility di level 4,25%.

Analis DC Futures Lukman Leong mengatakan keputusan BI saat ini cukup relevan untuk menopang pertumbuhan ekonomi. 

"Keputusan BI relevan untuk menopang pertumbuhan ekonomi di tengah kekhawatiran resesi terutama di negara maju," ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (23/6).

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan, keputusan BI yang kembali mempertahankan suku bunga acuannya di level 3,5% pada RDG bulan ini sudah sesuai perkiraan. 

Baca Juga: Rupiah Spot Menguat 0,15% ke Rp 14.841 Per Dolar AS di Akhir Perdagangan Kamis (23/6)

Menurutnya, langkah ini dilakukan untuk menjangkar ekspektasi inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. 

"Meskipun BI mempertahankan suku bunga acuannya, pergerakan rupiah dalam jangka pendek akan cenderung dipengaruhi oleh perkembangan sentimen di pasar keuangan global,"ucap Josua. 

Menurut Lukman secara jangak pendek, ia melihat BI masih terus memantau dan menjaga stabilitas rupiah untuk tetap berada di bawah Rp 15.000. 

"Namun, akhir tahun, suku bunga acuan The Fed diperkirakan akan sama dengan suku bunga BI sekarang. Tanpa kenaikan suku bunga, dan dengan asumsi inflasi di Indonesia yang juga akan meningkat di bulan-bulan ke depan, akan sangat berat bagi rupiah," ucap Lukman. 

Sementara, Josua mengatakan saat ini pelaku pasar memperkirakan bahwa ekonomi AS berpotensi mengalami resesi sejalan dengan pengetatan kebijakan moneter yang agresif.

Menurutnya, sentimen dari The Fed yang hawkish diperkirakan akan berpotensi kembali mendorong penguatan dollar terhadap mata uang global termasuk rupiah. 

"Akan tetapi, mempertimbangkan dampak kenaikan suku bunga AS sejauh ini sebesar 150 bps dan ekspektasi inflasi AS yang cenderung mulai melandai, maka stance kebijakan moneter Fed diperkirakan akan lebih less hawkish," Ucap Josua.

Baca Juga: Per 22 Juni 2022, BI Sudah Beli SBN di Pasar Perdana Sebesar Rp 32,54 Triliun

Josua memprediksi rupiah di akhir tahun akan bergerak di kisaran Rp 14.500-Rp 14.600. 

Sedangkan Lukman memperkirakan akhir tahun rupiah akan berpeluang untuk melanjutkan perlemahan sampai Rp 15.500 dengan asumsi BI akan merespons inflasi dengan kenaikan suku bunga seperlunya hingga kisaran 5% di akhir tahun, namun tidak seagresif the Fed.

Menurut Lukman kondisi pasar ke depannya perlu mewaspadai beberapa hal seperti kembali naiknya kasus covid, resesi dan inflasi, dan harga komoditas yang walau bebrapa masih tinggi, namun telah mulai menurun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×