kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.846.000   69.000   3,88%
  • USD/IDR 16.804   66,00   0,39%
  • IDX 6.254   286,04   4,79%
  • KOMPAS100 892   48,19   5,71%
  • LQ45 707   37,74   5,64%
  • ISSI 193   7,28   3,92%
  • IDX30 373   19,75   5,60%
  • IDXHIDIV20 451   19,32   4,47%
  • IDX80 101   5,64   5,89%
  • IDXV30 106   4,60   4,54%
  • IDXQ30 123   5,40   4,59%

BI pangkas suku bunga acuan, rupiah tetap loyo ke level Rp 15.913 per dolar AS


Kamis, 19 Maret 2020 / 17:27 WIB
BI pangkas suku bunga acuan, rupiah tetap loyo ke level Rp 15.913 per dolar AS
ILUSTRASI. Karyawan menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang Plaza Mandiri, Jakarta.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah kembali tak berdaya dan semakin terkapar. Pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis (19/3) rupiah kembali harus takluk di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).

Merujuk Bloomberg, rupiah ditutup melemah 4,53% ke Rp 15.913 per dolar AS pada Kamis (19/3). 

Di kurs tengah Bank Indonesia, rupiah juga melemah 3,21% ke level Rp 15.712 per dolar AS.

Baca Juga: Jumlah meninggal corona jadi 25 orang, rupiah tembus Rp 15.913 per dolar AS

Analis Monex Investindo Futures Faisyal melihat pelemahan ini terjadi seiring makin bertambahnya kasus suspect virus corona. Hingga Kamis (19/3) siang, jumlah kasus positif corona bertambah menjadi 309 orang.

“Tetapi dengan adanya hasil pemangkasan suku bunga oleh BI dari 4,75% ke 4,5% ini menjadi sedikit peredam pergerakan rupiah menjelang penutupan. Keputusan BI setidaknya berhasil menjaga rupiah tidak melewati Rp 16.000 per dolar AS,” ujar Faisyal kepada Kontan.co.id, Kamis (19/3).

Sementara itu, Head of Economics and Research Bank UOB Enrico Tanuwidjaja melihat pelemahan rupiah hari ini masih sejalan dengan kondisi flight to safety. Artinya para investor berbondong-bondong membeli dolar AS.

Baca Juga: Turunkan suku bunga 25 bps, BI siapkan 7 langkah untuk topang pertumbuhan ekonomi

“Secara musiman, di Indonesia pada kuartal II akan ada pembayaran dividen dan utang luar negeri. Jadi permintaan yang bertubi-tubi di tengah likuiditas dolar AS yang kering pada akhirnya membuat nilai tukar yang bergerak,” papar Enrico.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×