kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI 7-DRR bakal dipangkas, pasar utang tak lagi seksi?


Rabu, 17 Juli 2019 / 06:44 WIB
BI 7-DRR bakal dipangkas, pasar utang tak lagi seksi?


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) baru saja mengumumkan total penawaran lelang Surat Utang Negara (SUN) per Selasa 16 Juli 2019 mencapai Rp 53,14 triliun.

Dari jumlah tersebut, yang berhasil dimenangkan mencapai 58,50% atau sekitar Rp 22,05 triliun dari target penerbitan Surat Berharga Negara Bruto (SBN).

Jumlah Penawaran SUN tersebut juga tercatat turun Rp 8,97 triliun atau sekitar 14,4% dibandingkan periode sebelumnya per 2 Juli 2019. Kondisi tersebut juga tergambar dari bid to cover ratio yang berkurang menjadi 2,4 kali, padahal periode sebelumnya mencapai 2,8 kali.

Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management Rio Ariansyah mengatakan, turunnya jumlah penawaran SUN di periode per 16 Juli 2019 lebih dikarenakan kondisi investor lokal yang cenderung peek out atau memilih rehat dulu. Ini lantaran tingkat kehati-hatian investor dalam berinvestasi meningkat.

"Lokal sudah enggak sebesar dulu lagi, ada kekhawatiran bahwa akan ada koreksi di pasar, sehingga mereka cenderung tidak mau collect banyak-banyak," jelas Rio kepada Kontan.co.id, Selasa (16/7).

Ditambah lagi, imbal hasil yang ditawarkan dinilai belum cukup seksi untuk menggaet investor membeli SUN saat ini. Misalnya, untuk SUN dengan tenor 20 tahun, yield yang ditawarkan berada di rentang 7% hingga 7,4% dan dianggap masuk kurang menarik. Pasar saat ini cenderung mengharapkan imbal hasil yang tinggi, semisal di atas 8%.

Rendahnya angka penawaran SUN per 16 Juli 2019 dinilai Rio, sekaligus mengindikasikan pasar surat utang saat ini sudah tak lagi seksi. Ini dilihat dari penambahan Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang sempat menyentuh 10,17%, padahal dibandingkan periode yang sama pekan lalu masih di kisaran 9,17%.

Kenaikan tersebut dianggap terlalu cepat, sehingga berpotensi membuat yield tertekan. "Ke depan, harusnya harga akan semakin naik dengan potensi yield yang semakin turun," ungkapnya.

Kondisi tersebut bisa terjadi, lantaran pelaku pasar cenderung optimistis bahwa suku bunga acuan Bank Indonesia (BI7DRR) bakal dipangkas bulan ini.

Dengan begitu, potensi kenaikan harga SUN masih akan sustain, sedangkan yield berada pada tren turun. Untuk tenor 20 tahun, Rio memperkirakan imbal hasil berada di kisaran 7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×