Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Yuwono triatmojo
Perlu dicatat, pada 25 Januari 1994, BUMI memperoleh sindikasi pinjaman perbankan US$ 4 juta, yang dikomandoi Bank Panin. Bank anggota sindikasi pinjaman itu terdiri dari PT Prima Express Bank, PT Nusa Bank Int., dan PT Jaya Bank Int.
Pinjaman berbunga 9,56% per tahun itu akan dilunasi dalam 10 kali angsuran mulai 21 September 1994.
Namun tak lama kemudian, atau pada 9 Juni 1994, BUMI justru kembali meminta pinjaman dengan jumlah maksimum Rp 2,2 miliar. Kali ini, pinjaman yang rencananya akan dilunasi dalam sembilan kali pembayaran itu mengenakan bunga pinjaman hingga 18% per tahun atau dua kali lipat dari besaran bunga pinjaman sebelumnya.
Kondisi keuangan BUMI menjadi tidak sehat. Pada akhir tahun 1994, jumlah aset BUMI tercatat sebesar Rp 231,02 miliar. Dari jumlah tersebut, ekuitas BUMI berjumlah Rp 92,40 miliar. Sedangkan kewajiban BUMI mencapai Rp 138,62 miliar, naik 15,71% dari tahun 1993 yang sebesar Rp 119,80 miliar.
Sri Hoedojo Sontokusumo Presiden Direktur BUMI dalam laporan keuangan tahun 1996 menegaskan, persaingan bisnis perhotelan sudah semakin ketat. Kata Sri Hoedojo, pertumbuhan hotel tahun 1995 mengalami peningkatan pesat, sementara jumlah konsumen tidak bertambah. Posisi Hyatt Regency kian terjepit dengan kehadiran Hotel Sheraton, Westin, Majapahit Mandarin, Mercure Grand di tahun 1996. Bisnis hotel di Surabaya, jelas Sri Hoedojo, mengalami over supply yang menyebabkan persaingan ketat.
Saat bisnis perhotelan BUMI semakin memburuk, pada tahun 1997 munculah PT Bakrie Capital Indonesia sebagai pemegang saham BUMI.
Prosesnya diawali saat pada 20 Juni 1997 atau 22 tahun yang lalu, PT Bakrie Capital Indonesia melakukan penawaran tender atas saham BUMI. Dari aksi ini Bakrie memperoleh 25% saham BUMI, yang terdiri dari saham milik Bumiputera dan masyarakat.
Selanjutnya pada 29 Agustus 1997, Bakrie kembali memperoleh 33,90% saham BUMI milik Bumiputera. Sehingga, Bakrie Capital Indonesia akhirnya mendekap 58,9% saham BUMI yang saat itu masih merupakan perusahaan yang bergerak di bisnis perhotelan dan pariwisata.
Baca Juga: Dorong penyelamatan, OJK carikan peluang bisnis affinity untuk AJB Bumiputera
Lantas, bagaimana perkembangan bisnis dan sepak terjang BUMI setelah masuk dekapan Grup Bakrie? Nantikan kelanjutannya di tulisan berikutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News