kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,12   2,37   0.26%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berpotensi tumbuh double digit, penurunan harga ETF jadi peluang masuk


Rabu, 24 Februari 2021 / 07:00 WIB
Berpotensi tumbuh double digit, penurunan harga ETF jadi peluang masuk


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam sebulan terakhir, kebanyakan produk exchange traded fund (ETF) dari beberapa manajer investasi turun harga. Kondisi tersebut turut jadi momentum bagi investor untuk masuk, dengan estimasi pertumbuhan return bakal double digit akhir tahun ini.

Misalnya, ada produk Pinnacle Core High Dividend ETF yang turun 6,66% dalam sebulan terakhir, dengan nilai aktiva bersih (NAB) di 441,61 menurut data dari laman Infovesta, Selasa (23/2).

Direktur Utama Pinnacle Persada Investama Guntur Surya Putra menjelaskan, Pinnacle CORE High Dividend ETF (XPDV) merupakan ETF yang berinvestasi dan fokus di saham-saham blue chip dan secara konsisten memiliki dividen yield yang tinggi. Guntur menekankan kalau dividen juga menjadi salah satu tolok ukur untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki kualitas neraca yang baik dan berkualitas. 

"Sehingga, pada saat kondisi pasar dan ekonomi yang volatile memiliki kecenderungan untuk lebih defensive," kata Guntur kepada Kontan.co.id, Selasa (23/2).

Baca Juga: Suku bunga semakin rendah, simak tips investasi berikut

Adapun komposisi dari Pinnacle CORE High Dividend ETF terdiri dari 19 saham seperti BBRI, TLKM, BBCA, ASII, BMRI, UNTR, PTBA, INTP, ITMG, INDF, UNVR, GGRM, CPIN, HMSP, BBNI, BJBR, DMAS, BJTM, dan ADRO. "Jika dibandingkan dengan benchmark /Indeks Bursa High Dividen 20 Index, dari sisi kinerja masih on par," tambah dia. 

Ke depan, Guntur melihat prospek ETF menurut masih cukup baik dan sangat potensial, khususnya untuk investor pemula yang baru masuk ke pasar modal. Apalagi, melalui ETF investor pemula bisa mengakses pasar modal dengan transparansi dan diversifikasi yang menyeluruh. 

Di samping itu, dia juga mengingatkan kalau kinerja ETF tergantung dari jenis produk, tema, dan strategi masing-masing ETF. Itu karena, variasi dan jenis ETF di berbagai produk dan MI sangat beragam. Guntur meyakini, ruang bagi produk ETF untuk memberikan return atau imbal hasil doubel digit tahun ini cukup terbuka. 

"Indeks dengan strategi pasif yang berbasis FTSE Indonesia Index atau IDX30, harusnya (tumbuh) high single digit atau low double digit," ujar dia. Jika berkaca dari pertumbuhan sekarang dan IHSG yang sudah berada di level 6.200, maka hingga akhir 2021 Guntur mengasumsikan pertumbuhan indeks bisa menyentuh kisaran 6.800 hingga 7.000. 

Baca Juga: Dana kelolaan industri reksadana turun di awal tahun 2021

Berdasarkan data di infovesta, selain Pinnacle Core High Dividend ETF, produk ETF lainnya seperti Syailendra ETF MSCI Indonesia ESG Universal dari Syailendra Capital mencatatkan penurunan lebih dalam yakni 6,92% dalam sebulan terakhir. 

Produk lainnya, ada Panin ETF IDX30 Dinamis yang juga mencatatkan penurunan NAB 5,29% dalam sebulan terakhir ke level 500,11. Direktur Panin Asset Management (PAM) Rudiyanto mengatakan, pergerakan ETF tersebut mengacu dengan IDX30. "Saham big caps sebulan terakhir ini turunnya agak dalam," ungkap Rudiyanto kepada Kontan.co.id.

Apalagi, Rudiyanto menambahkan kalau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini lebih banyak ditopang oleh medium-small caps. Sedangkan IDX30 dan indeks Sri Kehati banyak diisi oleh saham berkapitalisasi besar, sehingga penurunannya pun lebih dalam dari IHSG. 

Untuk 2021, Rudiyanto memperkirakan harga wajar IHSG di level 6.700 atau tumbuh sekitar 12% jika dibandingkan akhir tahun lalu. Dengan begitu, kinerja reksadana indeks diprediksi akan berada pada kisaran pertumbuhan tersebut. "Sentimen penopangnya ada pemulihan ekonomi, tren suku bunga rendah, dan sentimen terkait bertambahnya investor domestik," kata dia. 

Baca Juga: Reksadana pasar uang jadi satu-satunya reksadana berkinerja positif di pekan lalu

Berkaca dari kondisi saat ini dan prospek ke depan, tren penurunan NAB ETF kali ini bisa menjadi pertimbangan bagi para investor untuk mulai masuk atau beli secara berkala. Potensi return untuk produk ETF juga umumnya akan mengikuti pergerakan indeks dan selisih dengan IHSG dinilai tidak terlalu banyak.

Direktur Batavia Prosperindo Asset Management (BPAM) Yulius Manto juga optimistis terhadap prospek kinerja ETF tahun ini. Menurut dia, produk ETF khususnya yang berbasis saham memiliki prospek yang positif, seiring semakin jelasnya perkembangan vaksin yang ada. "Kami melihat pasar saham secara keseluruhan lebih positif dibandingkan dengan kelas aset lainnya," ujar Yulius. 

Bahkan, prediksinya return untuk produk ETF masih bisa menyentuh level double digit, dengan perkiraan indeks saham atau IHSG masih akan naik 15% hingga akhir tahun. Asal tahu saja, produk Batavia IDX30 ETF juga turun 5,54% dalam sebulan terakhir ke level 518,81.

Baca Juga: IHSG menguat ke 6.272 pada Selasa (23/2), net buy asing Rp 469 miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×