Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Yudho Winarto
Asal tahu saja, program re-run di kuartal IV 2020 berkontribusi sebesar 38,4% dari total tayangan. Penurunan sangat jelas terjadi apabila dibandingkan dengan program re-run di kuartal III 2020 yang mana kontribusinya 51,3% dan kuartal II 2020 kontribusinya 67,0%.
Selain itu, di sepanjang tahun 2020, SCMA telah berhasil melakukan buyback saham sebesar 2,1 miliar lembar saham atau hal ini setara dengan 14,4% dari total lembar saham yang beredar, dengan nilai mencapai Rp 2,9 triliun.
Dengan berakhirnya program buyback tersebut, manajemen sampai dengan saat ini belum berencana untuk kembali melakukan aksi korporasi serupa.
Untuk saham telah diakuisisi akan diakui sebagai saham treasuri, di mana SCMA memiliki waktu selama tiga tahun hingga masa berlaku saham treasuri tersebut habis.
Menurut Rendy dalam risetnya, ia memperkirakan support untuk pergerakan harga saham ke depan akan lebih minim.
Baca Juga: SCTV dan Indosiar Grup buka opsi kolaborasi dengan konten selebritis dan influencer
Randy juga mempertahankan outlook yang netral untuk SCMA seiring dengan ekspektasi margin yang masih cenderung tertekan ke depan, hal ini sejalan dengan kenaikan aktivitas produksi.
Untuk tahun 2021, ia memperkirakan akan terjadi pertumbuhan pada 2021 sebanyak 4,2% menjadi Rp 5,49 triliun dan terjadi penurunan laba bersih sebanyak 9,6% menjadi Rp 1.09 triliun.
Rendy menurunkan rekomendasi ke hold dengan mempertahankan target harga di Rp 1.850 per saham di tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News