Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham bank kecil dan menengah yang ingin bertransformasi jadi bank digital melesat sepanjang tahun ini, bahkan ada yang terbang hingga ribuan persen. Namun, saham-saham bank jumbo justru masih melempem.
Semua saham bank besar masih terkoreksi sepanjang tahun ini. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) ditutup terkoreksi 1,4% pada penutupan perdagangan Selasa (21/9) ke level Rp 32.450 sehingga dalam setahun ini tercatat minus 4,1%.
Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terkoreksi 5,5% sepanjang tahun ini, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 12,2%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) merosot Rp 17%, PT CIMB Niaga Tbk (BNGA) turun 2,5% dan Danamon turun 18,5%.
Sedangkan saham-saham bank berbasis digital seperti PT BRI Agroniaga Tbk (AGRO) melesat 121,3% dan PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) naik 420,3% sepanjang tahun ini.
Baca Juga: IHSG diproyeksi berbalik menguat pada Rabu (22/9), ini katalisnya
PT Bank Allo Indonesia Tbk (BBHI) bahkan terbang hingga 2.119%. Padahal beberapa di antaranya masih tercatat merugi seperti BBYB.
Suria Darma Kepala Riset Samuel Sekuritas mengatakan, saham-saham bank besar saat ini cukup murah jika dibandingkan price to book value (PBV) secara historis. Bank yang paling murah menurutnya adalah BBTN dan BBNI karena PBVnya masih di bawah 1 kali.
"Saham yang paling murah BBNI dan BTN padahal keduanya mau rights issue tahun depan. Seharusnya kalau BUMN rights issue menurut saya harus sesuai dengan harga bukunya, kalau di bawah buku pasti akan diprotes karena BUMN. Setelah itu, bank yang murah lagi adalah Bank Mandiri, menyusul BRI dan BCA.," kata Suria pada Kontan.co.id, Selasa (21/9).
Sementara jika dibandingkan dengan saham bank-bank digital, saham kelima bank ini menurut Suria sangatlah murah. Padahal dari sisi kinerja, bank-bank besar ini telah menorehkan perbankan hingg pada kuartal II 2021.
Melihat realisasi itu, Suria sebelumnya optimistis kinerja bank-bank BUMN dan BCA akan semakin membaik di kuartal III dan IV. Namun, adanya kebijakannya PPKM membuat kembali mencermati proyeksinya.
Secara umum, dia memandang fundamental bank-bank besar ini ke depan akan lebih baik sejalan dengan membaiknya ekonomi. Apalagi data Bank Indonesia (BI) menunjukkan kredit perbankan di bulan Agustus tumbuh 1,16%, di luar ekspektasi Suria.
Selain itu, bank -bank tersebut juga tetap melakukan pencadangan secara normal meskipun OJK mengizinkan kredit terdampak Covid-19 yang direstrukturisasi tetap masuk kategori lancar.
Baca Juga: Harga saham BBCA turun 1,44% pada penutupan bursa Selasa (21/9)
"Pencadangan bank BUMN sangat tinggi. Ini yang membuat laba mereka tidak setinggi yang diperkirakan. Sedangkan laba sebelum biaya provisi masih naiknya sangat tinggi," kata Suria.
Menurut Suria, saham-saham bank besar tidak bergerak banyak walau valuasinya cukup murah karena investor-investor mudah lebih memilih masuk ke bank-bank digital walaupun prospek bisnis belum ketahuan.
Khusus untuk BCA dan BRI, tambahnya, sahamnya tidak terlalu bergerak karena ditambah faktor perubahan metode penghitungan indeks saham berdasarkan jumlah saham publik yang beredar alias free float.
Ini ditujukan agar pergerakan indeks tidak didominasi saham tertentu sehingga memberikan gambaran kondisi pasar sesungguhnya.
"Pembobotan berdasarkan free float ini tetap dikenakan pembatasan (capping) maksimum 9%. Saham BCA dan BRI kalau saya hitung pakai free float maka bobotnya mentok 9%. Berarti saham ini tidak bertambah bobotnya karena banyak orang sudah punya sahamnya. Ini yang membuat harganya relatif tidak bergerak," jelas Suria.
Saat ini, Suria masih merekomendasikan buy untuk BCA, BBRI, BMRI, BBNI dan BBTN dengan target harga masing-masing Rp 40.500, Rp 5.300, Rp 8.000, Rp 8,500, dan Rp 2.300.
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama melihat prospek saham bank-bank besar akan positif. Pemulihan dari ekonomi tahun ini diperkirakan mampu memperbaiki kinerja perbankan dan kualitas aset lebih baik dari 2020.
Walaupun valuasi saham bank-bank besar masih murah, namun pelaku pasar menurutnya akan merespon emiten berdasarkan kinerjanya, baik dari sisi progres pemulihan dari dampak pandemi maupun kinerja emiten secara menyeluruh. "Jadi dampak valuasi (terhadap pergerakan harga) relatif ya," ujarnya.
Baca Juga: Tren peminat reksadana ETF terus tumbuh dalam lima tahun terakhir
Adapun saham yang paling murah menurutnya saat ini adalah BBNI. Saat ini, Okie merekomendasikan buy untuk BBNI dengan target harga Rp 6.125. Lalu BBRI, BMRI dan BBCA juga direkomendasikan buy dengan target harga Rp 4.350, Rp 7.500 dan Rp 34.450.
Adapun kenaikan harga saham bank-bank kecil menurutnya didorong oleh isu kehadiran investor baru dan ditambah lagi dengan adanya penguatan regulasi yang dilakukan OJK terhadap bank digital. Pelaku pasar menjadikan isu akuisisi sebagai momentum untuk mengakumulasi sahamnya.
Sementara Andre Benas Chief of Equity Research & Contents Emtrade sebelumnya menilai saham bank yang bertransformasi menjadi bank digital yang paling menarik adalah AGRO dan BBYB karena ekosistem yang dimiliki keduanya
BRI Agro memiliki ekosistem yang didukung oleh induknya, BRI. Sedangkan Bank Neo Commerce memiliki ekosistem Akulaku yang di backup oleh Alipay.
"Untuk saham-saham yang lain, saya rasa lebih ke story dan hype dari investor retail yang ingin memiliki saham-saham bank digital," kata Andre.
Menurutnya , AGRO dan BBYB bisa jadi pilihan untuk investasi jangka menengah karena produk-produknya sudah terlihat. Sementara bank lain dinilai tidak tepat dijadikan investasi tetapi bisa dimanfaatkan untuk trading jangka pendek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News