kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Berikut Saham LQ45 yang Bisa Dicermati pada Tahun 2022


Senin, 03 Januari 2022 / 06:55 WIB
Berikut Saham LQ45 yang Bisa Dicermati pada Tahun 2022


Reporter: Kenia Intan | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks LQ45 membukukan penurunan kinerja sepanjang tahun 2021. Menurut catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks ini melorot 0,37% sejak awal tahun atawa year to date (ytd).

Berdasar catatan Kontan.co.id, beberapa saham memang mengalami tekanan yang cukup dalam. Penurunan paling dalam dirasakan oleh PTPP hingga 46,92% ytd. Setelahnya ada WIKA dan UNVR yang melorot masing-masing 44,33% ytd dan 44,08% ytd. Ada juga HMSP yang menurun 35,88%. 

Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengungkapkan, kinerja LQ45 di tahun 2022 dapat lebih baik dengan catatan kegiatan ekonomi masih berjalan normal di tengah pemulihan yang berkesinambungan. 

Artinya, pelaku pasar perlu mencermati kemungkinan berkembangnya kasus dari varian baru corona serta kebijakan pemerintah dalam penanganannya.

Ia menambahkan, saham perbankan bisa menjadi pilihan investor dan masih akan diburu di tahun 2022. Dengan pergerakan saham yang masih konsolidasi, ia menyarankan buy on weakness saham-saham perbankan seperti BBCA dan BBRI. Target harga dua saham itu masing-masing  Rp 8.500 per saham dan Rp 4.600 per saham.

Saham sektor barang baku seperti INKP juga dinilai menarik seiring peningkatan penjualan di tahun 2021. Ia menyarankan saham INKP dengan target harga Rp 11.500 per saham. 

Sementara itu, saham yang kemungkinan akan dihindari pelaku pasar adalah saham-saham batubara. Sebab, penguatan harga batubara acuan diprediksi cenderung  terbatas di tahun 2022. Di sisi lain, mencermati indeks IDXENERGY, secara teknikal memang ada indikasi bearish divergence. 

Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG untuk Sepekan ke Depan

Sehingga, perlu mengantisipasi potensi pembalikan arah pada saham-saham batubara apabila harga batubara terkoreksi dan memicu aksi profit taking. 

Asal tahu saja, sepanjang tahun 2021 beberapa saham-saham batubara memang melejit signifikan. Sebut saja, ADRO yang terkerek 57,34% ytd, MDKA meningkat 60,08% ytd. 

Senada, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengungapkan, saham-saham batubara kemungkinan besar akan terkoreksi terlebih dahulu di awal tahun 2022. Setelahnya baru akan mengalami penguatan walaupun tidak akan setinggi tahun lalu. 

"Ketertarikan pasar terhadap saham batubara akan berkurang karena sudah lewat musim dingin dan semakin banyak negara yang mulai produksi seperti Tiongkok dan India," jelas Cheril kepada Kontan.co.id, Minggu (2/1). 

Sementara itu, sektor yang menarik untuk dicermati ada telekomunikasi, teknologi, dan keuangan. Beberapa pilihan sahamnya yang atraktif adalah TLKM, BUKA, BBCA, dan BBRI. Untuk TLKM, BBCA, BBRI disarankan beli dengan target kenaikan harga 10%. Untuk BUKA, investor bisa menunggu terlebih dahulu di harga 450 dengan target kenaikan harga 20%.

Sementara itu, dalam riset Mirae Asset Sekuritas diungkapkan, peringkat overweight pada sektor perbankan. Ini mempertimbangkan outlook pertumbuhan pendapatan yang positif di industri perbankan. Adapun BBNI dan BMRI menjadi top picks di sektor ini.  Keduanya direkomendasikan buy dengan target harga masing-masing Rp 5.425 per saham dan Rp 9.075 per saham. 

Mirae Asset Sekurtias mencermati, pertumbuhan pendapatan BBNI yang signifikan masih akan berlanjut di tahun 2022. Adapun BMRI akan menerima manfaat terbesar dari proyek-proyek infrastruktur seiring bangkitnya dan pulihnya ekonomi. 

Baca Juga: Tertekan 0,37% Sejak Awal 2021, Indeks LQ45 Berpeluang Membaik pada 2022

Untuk sektor barang konsumen, Mirae Asset Sekuritas mempertahankan Neutral. Tahun 2022 memang diharapkan menjadi momentum pemulihan, sehingga penjualan berpotensi akan lebih baik. Akan tetapi, mininya kenaikan upah minimum provinsi di tahun 2022 cenderung membatasi pemulihan daya beli. Di sisi lain kenaikan harga komoditas masih akan berisiko menggerus margin profitabilitas. 

Walau begitu, saham-saham barang konsumen seperti ICBP, INDF dan KLBF direkomendasikan buy dengan target harga masing-masing Rp 10.925 per saham, Rp 8.300 per saham, dan 1.960 per saham. 

Peringkat Neutral juga diberikan ke saham-saham rokok. Konsumen diperkirakan masih akan beralih ke merek dan harga yang lebih rendah di tahun 2022 ini. Terhadap saham HMSP dan GGRM disarankan hold dengan target harga Rp 1.030 per saham dan Rp 33.000 per saham. 

Sementara itu, Mirae Asset Sekuritas menurunkan peringkat sektor poultry menjadi Neutral. Sepengamatannya, harga unggas memang masih akan solid dan diprediksi bertahan pada level saat ini. Akan tetapi,harga bahan baku yang tinggi berpeluang menimbulkan risiko pada emiten di sektor ini. 

Adapun JPFA dan WMUU menjadi jagoan di sektor poultry.  Keduanya disarankan buy dengan target harga masing- masing Rp 2.000 per saham dan Rp 240 per saham. JPFA memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang  yang baik dan valuasi yang masih murah. Sementara WMUU yang terfokus pada hilir memiliki propsek pertumbuhan pendapatan agresif yang ditopang dengan agenda ekspansi dalam waktu dekat. 

Untuk saham-saham semen, Mirase Asset Sekuritas memberikan peringkat overweight. Ini mempertimbangkan potensi pertumbuhan permintaan di tahun 2022. Saham SMGR pun disarankan buy dengan target harga Rp 12.000 per saham. Sementara, INTP direkomendasikan trading buy dengan target harga Rp 14.100 per saham. 

Rating Overweight juga disematkan pada sektor pertambangan. Sepengamatan Mirae Asset Sekuritas, permintaan crude stainless steel masih akan kuat, sementara pemulihan produksi nikel cenderung lambat, dan potensi yang besar dari EV.

Saham jagoan di sektor ini jatuh pada ANTM karena adanya potensi pertumbuhan biji nikel seiring peningkatan permintaan domestik. Selain itu, ada potensi tambahan pendapatan dari proyek smelter Halmahera, dan semakin tingginya eksposur pada proyek  Indonesia Battery Corporation (IBC). ANTM pun direkomendasikan buy dengan target harga Rp 3.200 per saham.

Baca Juga: Indeks Teknologi Catat Pertumbuhan Tertinggi Sepanjang 2021

Sektor lain yang diberi peringkat Overweight ada batubara, ritel, konstruksi, infrastruktur, dan kesehatan. Sementara peringkat Neutral disematkan pada sektor minyak dan gas, media. 

Adapun beberapa saham yang menjadi pilihan ada ITMG yang direkomendasi buy dengan target harga Rp 25.000 per saham. Selain itu ada LPPF dan MAPI yang direkomendasi trading buy dengan target harga Rp 3.850 per saham dan buy dengan target harga Rp 1.150 per saham. 

Untuk WSKT dan HEAL disarankan buy dengan target harga Rp 1.150 per saham dan Rp 1.650 per saham. 

Sementara itu, MEDC direkomendasikan buy dengan target harga Rp 870 per saham. Ada juga UNTR yang disarankan buy dengan target harga Rp 30.000 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×