kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,04   -6,32   -0.68%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berikut prospek 52 emiten yang IPO sepanjang tahun 2019


Minggu, 15 Desember 2019 / 07:32 WIB
Berikut prospek 52 emiten yang IPO sepanjang tahun 2019
ILUSTRASI. Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (13/12/2019).


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sepanjang tahun 2019, sudah ada 52 emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain itu, ada satu perusahaan yang akan melepas emisinya yang cukup besar di sisa tahun ini yaitu PT Uni-charm Indonesia Tbk.

Perusahaan produsen pembalut tersebut membidik dana sekitar Rp 1,25 triliun. Lalu, di tahun depan sudah ada PT Perintis Triniti Properti Tbk juga mengantre untuk melantai.

PT Uni-charm Tbk menjadi perusahaan yang melepas saham dengan nilai yang terbesar.  Sisanya, bursa dipenuhi dengan emisi kecil. Bahkan hanya ada 21 emiten dengan emisi dikisaran Rp 300 miliar – Rp 800 miliar.

Baca Juga: Gajah Tunggal (GJTL) bukukan laba bersih Rp 139,67 miliar, begini rekomendasi analis

Selain dipenuhi dengan emisi kecil, BEI juga mencatat ada empat perusahaan yang baru saja melantai, tapi sudah masuk saham gocap. Empat saham tersebut antara lain PT Hotel Fitra International Tbk (FITT), PT Capri Nusa Satu Properti Tbk (CPRI), PT Bliss Properti Indonesia Tbk (POSA) dan PT Bhakti Agung Propertindo Tbk (BAPI).

Melihat hal itu,  Head of Capital Market Research Infovesta Wawan Hendrayana mengatakan bahwa sejak dua tahun ke belakang otoritas bursa memang cenderung melakukan relaksasi. Menurutnya ada kecenderungan BEI meloloskan emiten yang fundamentalnya belum terlalu bagus.

“Jadi memperbanyak emiten, Bursa pakai teknik softgun, tembak saja dulu semua, nanti pasti ada yang bagus,” ujar Wawan, Kamis (12/12).

Dengan kecenderungan itu, Wawan menilai PT Uni-charm Indonesia Tbk menjadi emiten yang bagus untuk dibeli pada saat IPO sekaligus bisa menjadi tolok ukur untuk memilih saham yang baru melantai.

Pertama, brand image Uni-charm Indonesia sudah cukup baik. Kedua, dengan kisaran price earning ratio 12,4 kali – 16 kali, Wawan menilai harganya cukup murah. Pasalnya sektor barang consumer biasanya memiliki PER mencapai 20 kali.

Namun, lanjut Wawan, pilihan saham IPO tetap harus disesuaikan dengan profil investor. Menurutnya, ada investor yang memang senang berspekulasi jangka pendek. Investor dengan tipe seperti itu biasanya justru mengincar saham berusia muda karena sudah mengetahui risikonya.

Baca Juga: Lippo Karawaci (LPKR) akan fokus ke bisnis inti, apa kata analis?

“Tetapi kalau investor pemula disarankan untuk membeli saham yang sudah ada track record-nya,” imbuh dia.

Setali tiga uang, Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus juga menilai saham Uni-charm Indonesia cukup menarik karena memiliki brand image yang cukup kuat serta distribusi barang yang sudah merambah pasar dunia.

Namun, Nico enggan berkomentar banyak soal rencana IPO PT Perintis Triniti Properti Tbk. “Yang paling penting investor harus cermat memilih sektor ini karena tidak semua punya produk yang baik, lalu lihat fundamentalnya,” ujar Nico.

Kontan mencatat, sepanjang tahun 2019 terdapat delapan emiten bergerak di sektor property. Jumlah ini merupakan jumlah terbanyak yang mengisi lantai bursa. Delapan emiten tersebut adalah PT Pollux Investasi International Tbk (POLI), PT Capri Nusa Satu property Tbk (CPRI), PT Bliss Properti Indonesia (POSA), PT Bima Sakti Pertiwi Tbk (PAMG), PT DMS Propertindo Tbk (KOTA), PT Nusantara Almazia Tbk (NZIA), PT Bhakti Agung Propertindo Tbk (BAPI), dan PT Repower Asia Indonesia Tbk (REAL).

Baca Juga: Tunggu Aturan rampung, Investree bakal akuisisi P2P lending berbasis Vietnam

“Kalau kita lihat daya beli property dalam tahap penurunan, hal ini membuat cash flow terhambat, sedangkan di bidang property ini kan butuh dana untuk mulai bangun dan untuk memasarkan juga,” komentar Nico soal maraknya emiten property yang melantai.

Apabila dilihat kembali, saham gocap juga banyak berasal dari emiten di sektor properti. Nico mengatakan untuk terhindar dari saham gocap, investor mesti kembali melihat profil perusahaan, laporan keuangannya serta produk perusahaan.

Ke depan, Nico masih merekomendasikan untuk memilih saham yang bergerak di sektor kesehatan, perbankan dan infrastruktur. Sedangkan Wawan merekomendasikan sektor keuangan, infrastruktur dan barang konsumer. 

Baca Juga: Putra Mandiri Jembar tetapkan harga IPO Rp 125 per saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×