Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
Sementara itu, efek halving day dinilai belum memudar. Namun, investor juga perlu mengingat bahwa kenaikan BTC tahun ini sempat mencapai 300%, sehingga kondisi yang sangat wajar jika para pelaku pasar melakukan aksi ambil untung untuk kemudian membeli saat harga rendah.
Adapun sentimen kuat yang dipandang bakal jadi penggerak harga bitcoin ke depan, sekaligus pemicu kenaikan BTC yakni, faktor makroekonomi. Di mana, memanasnya isu dan anggapan bakal adanya lanjutan krisis dalam waktu dekat, berpeluang mendorong harga kembali menanjak.
Dengan begitu, untuk jangka panjang hingga lima tahun Christopher melihat peluang BTC naik ke kisaran US$ 80.000.
Baca Juga: Wah, Bitcoin alami pekan terburuk di sepanjang 2019
Sedangkan untuk tahun ini, kenaikan harga bakal berada di kisaran US$ 20.000, dengan dipicu banyaknya data ekonomi di global seperti Eropa, Amerika, dan Asia yang meleset dari angka perkiraan konsensus para ekonom global.
"Menurut saya, ini akan menjadi bahan bakar awal dari kenaikan menuju US$ 20.000. Ditambah lagi dengan adanya perkiraan akan terjadinya default di Argentina karena ada obligasi pemerintahannya yang jatuh tempo 2019-2020 ini," ujarnya.
Bagi investor, Co-founder CryptoWatch itu merekomendasikan untuk melakukan pembelian bitcoin dengan mencicil saat harga berada di antara level US$ 7.500 - US$ 10.000.
Mengutip Bloomberg, pergerakan harga bitcoin pada perdagangan Jumat (6/9) pukul 16:16 WIB berada di level US$ 10.875 atau naik 2,3% untuk kontrak September 2019. Sedangkan dalam sepekan, harga bitcoin tercatat naik 11,26%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News