kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Benarkah isu Suriah bikin IHSG jeblok?


Rabu, 28 Agustus 2013 / 13:22 WIB
Benarkah isu Suriah bikin IHSG jeblok?
ILUSTRASI. 2 Cara Mengganti Password Facebook lewat Aplikasi dan Browser. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Isu mengenai kebijakan bank sentral Amerika Serikat atau The Fed belum usai, kini justru datang isu Suriah yang dikabarkan telah menggunakan senjata kimia dan membuat berang Gedung Putih.

Alhasil, Gedung Putih langsung membuat pertemuan guna membahas opsi yang diberikan ke Suriah, salah satunya adalah opsi menyerang Suriah. Memanasnya isu Suriah ini ternyata menjadi sentimen negatif bagi bursa saham Indonesia.

Pengaruh dari isu suriah terhadap IHSG ini disampaikan oleh Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities yang ditemui ketika peluncuran indeks MNC36.

Tengok saja, di sesi I Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melorot cukup 2,8% ke level 3.856,4 pada penutupan sesi I. Bahkan, pukul 09.23 WIV, IHSG sempat anjlok 3,19% ke level 3.841,27.

Namun begitu, Edwin mengaku, pengaruh dari isu Suriah itu tak akan bertahan lama terhadap IHSG.  "Sifatnya hanya untuk jangka pendek," imbuhnya, Rabu (28/8).

Soalnya, lanjut Edwin, Suriah bukan negara yang benar-benar mempengaruhi pergerakan bursa global secara signifikan dan bersifat jangka panjang.

Suriah juga bukan negara produsen minyak terbesar, sehingga seharusnya untuk jangka panjang sentimennya bisa kembali stabil. Edwin menilai, secara konsensus support IHSG ada di level 3.800.

Saat ini, isu yang benar-benar penting dan masih mempengaruhi IHSG adalah spekulasi kebijakan pembatasan stimulus The Fed. "Karena pasar saat ini sedang bertanya-tanya, kapan dan seberapa besar pembatasan tersebut dilakukan," tukas Edwin.

Sementara itu, Satrio Utomo selaku Kepala Riset Universal Broker Indonesia menilai, isu Suriah terhadap IHSG bisa diabaikan alias dikesampingkan. Menurutnya, penurunan pasar lebih kepada kepercayaan investor. "Sekarang masalahnya adalah, kepercayaan pasar sedang rontok," tambahnya.

Menurutnya, investor melihat masa depan pasar tak terlalu bagus, sehingga aksi jual marak terjadi. Problemnya, kata Satrio, pemerintah tidak realistis. Kebijakan yang diambil masih banyak menggunakan asumsi saat pasar sedang bullish sehingga efek kebijakannya belum terasa untuk jangka pendek.

"Selama sense of crisis pemerintah belum tampak, maka destruktif pasar akan terus terjadi. Sekarang, pelaku pasar butuh keputusan pemimpin yang bagus, tegas dan mantap," tegas Satrio.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×