Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan penguatannya di awal pekan ini, Senin (23/5). Mengacu data RTI, indeks berakhir naik 0,67% atau 31,784 poin ke level 4.743,662 pukul 16.14 WIB.
Tercatat 164 saham bergerak naik, 101 saham bergerak turun, dan 111 saham stagnan. Perdagangan awal pekan terakhir Mei ini melibatkan 3,57 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 4,07 triliun.
Delapan dari 10 indeks sektoral menghijau, mendongkrak indeks ke zona hijau. Sektor infrastruktur naik 1,32%, keuangan naik 0,96%, dan konstruksi 0,70%.
Sementara, dua sektor yang merah antara lain; industri dasar turun 0,35%, dan pertanian turun 0,13%.
Penguatan indeks juga ditopang aksi beli asing hari ini. Di pasar reguler, net buy asing Rp 129,094 miliar dan net buy asing keseluruhan perdagangan sebesar Rp 177,193 miliar.
Saham-saham yang masuk top gainers LQ45 yaitu; PT Wijaya Karya (WIKA) naik 8,48% ke Rp 2.430, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) naik 4,38% ke Rp 1.310, dan PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) naik 3,59% ke Rp 2.310.
Saham-saham yang masuk top losers LQ45 yaitu; PT Global Mediacom Tbk (BMTR) turun 4,91% ke Rp 1.065, PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) turun 2,13% ke Rp 9.200, dan PT Semen Indonesia (SMGR) turun 1,94% ke Rp 8.825.
"Bauran dari sentimen internal dan eksternal yang cukup positif membuka bagi IHSG untuk bergerak menguat," kata Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere mengutip dari Antara.
Dari internal, peluang penurunan suku bunga acuan yang masih ada dalam pelonggaran moneter lebih lanjut pada akhir tahun ini oleh Bank Indonesia (IHSG) untuk mendorong ekonomi menjadi salah satu katalis positif bagi IHSG.
Dari eksternal, proyeksi kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (The Fed) yang mulai mereda akibat kondisi perekonomiannya masih melambat, mendorong Moody's memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS untuk tahun 2016 menjadi 2%.
"Meredanya kenaikan suku bunga AS akan kembali memicu dana asing kembali masuk ke dalam negeri," katanya.
Terkait kebijakan moneter di AS, ia mengemukakan Moody's memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga acuan paling banyak dua kali pada tahun ini, dengan kenaikan dilakukan secara bertahap untuk mencegah gangguan potensial terhadap pasar modal dan pertumbuhan ekonomi global.