Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mengalokasikan belanja modal yang cukup besar di tahun ini, yakni Rp 7,6 triliun. Alokasi capital expenditure (capex) itu lebih tinggi 18,75% dari 2012 yang sebesar Rp 6,4 triliun.
Sebagian besar belanja modal itu, sebesar Rp 3 triliun, akan dialokasikan untuk grup agribisnis. Sementara, Rp 2,2 triliun untuk grup consumer branded product (CBP), dan Rp 2,2 triliun untuk grup Bogasari. Sisanya, sebesar
Rp 200 miliar untuk distribusi.
Tahun ini, emiten barang konsumsi ini bakal mengembangkan inovasi produk-produk baru dan memperluas portofolio bisnis. Sepanjang 2012, INDF mencatatkan pendapatan usaha Rp 50,06 triliun atau tumbuh 10% dari 2012. Nah, sebagian besar pendapatan INDF memang berasal PT Indofood CBP Tbk (ICBP), anak usahanya.
Saat paparan publik beberapa waktu lalu, Sekretaris Perusahaan INDF Werianty Setiawan memaparkan, pada 2012, INDF tidak menyerap seluruh belanja modal, sehingga sebagian besar bujet capex akan dialihkan untuk tahun ini.
Selain inovasi produk baru, dia bilang, INDF berencana menambah kapasitas pabrik mie dan tepung terigu dengan membangun satu pabrik baru.
Selain itu, menurut catatan KONTAN, tahun ini, INDF berniat menambah kapasitas pabrik susu dengan biaya US$ 130 juta dan pabrik snack di Jakarta dengan biaya US$ 30 juta. INDF juga berencana menambah 10.000 - 15.000 ha tanaman kelapa sawit baru di tahun ini.
Posisi kas kuat
Analis E-Trading Securities, Andrew Argado melihat, Indofood masih memiliki ruang cukup besar untuk ekspansi. Sebab, INDF memiliki struktur pendanaan yang kuat. Bahkan, dia yakin, INDF bisa mendanai ekspansi dari kas internal. Di akhir Desember 2012, posisi kas dan setara kas Indofood mencapai Rp 13,34 triliun.
Meski demikian, Andrew menduga, capex INDF tidak akan terserap seluruhnya tahun ini. Penyerapan anggaran dan realisasi capex di tahun sebelum adalah acuannya. Dia melihat, INDF justru akan mengerem ekspansi di agribisnis, sebab harga komoditas belum pulih. "Mungkin, ekspansi yang akan cenderung direm adalah dari sektor agribisnis yang membuat margin INDF menurun," papar dia.
Meski kinerja INDF di tahun lalu di bawah proyeksi para analis, Andrew yakin, kinerja INDF bakal tumbuh signifikan tahun ini. Apalagi, Indofood juga gencar mengembangkan bisnis lewat jalan non-organik di tahun ini. Misalnya, INDF mengakuisisi perusahaan sayur, China Minzhong Food Corporation Limited (CMFC). Jika bisnis sayuran masih prospektif, Andrew menduga, INDF bisa menambah kepemilikan sahamnya di CMFC.
Andrew memprediksi, strategi ini akan membuat portofolio bisnis INDF menguat. "INDF tidak gegabah dalam akuisisi perusahaan. Mereka secara perlahan melihat prospeknya sehingga meminimalisir kerugian," jelas dia.
Andrew menambahkan, bisnis baru lain yang bisa menjadi mesin bisnis INDF adalah usaha pelayaran bernama Ocean Ace Shipping Pte Ltd milik anak usaha INDF, Ocean 21 Pte Ltd. Bisnis distribusi ini bisa mendatangkan pemasukan baru bagi INDF.
Andrew merekomendasikan hold saham INDF di harga Rp 8.300 per saham yang mencerminkan price to earning ratio (PER) 19,13 kali. Jumat (5/4), harga saham INDF turun 2,1% ke angka Rp 7.300 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News