Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Bursa saham Amerika Serikat (AS) mengawali pekan terakhir tahun ini dengan pelemahan pada perdagangan Senin (29/12/2025).
Indeks utama Wall Street terkoreksi setelah reli pekan lalu, terutama karena penurunan saham-saham teknologi yang sebelumnya mendorong S&P 500 mencetak rekor tertinggi.
Sektor teknologi informasi menjadi penekan utama, seiring sebagian besar saham terkait teknologi dan kecerdasan buatan (AI) bergerak turun. Saham Nvidia melemah 1,2% dan Palantir Technologies turun 2,4%.
Baca Juga: Wall Street Melemah, Saham Teknologi Tertekan Jelang Simposium The Fed
“Ini bukan akhir dari dominasi teknologi. Justru bisa menjadi peluang beli,” ujar Hank Smith, Direktur dan Kepala Strategi Investasi Haverford Trust.
Ia menilai valuasi perusahaan teknologi besar, kecuali Tesla, masih menarik berkat pertumbuhan kuat, daya saing tinggi, dan kondisi keuangan yang solid.
Pada penutupan perdagangan, S&P 500 turun 24,20 poin atau 0,35% ke level 6.905,74. Nasdaq Composite merosot 118,75 poin atau 0.50% menjadi 23.474,35. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average terkoreksi 249,04 poin atau 0,51% ke 48.461,93.
Tesla menjadi salah satu penekan indeks setelah turun 3,3% usai menyentuh rekor tertinggi pekan lalu, menyeret sektor consumer discretionary melemah.
Sektor material juga turun akibat anjloknya harga logam mulia. Harga perak menurun tajam setelah sempat menembus US$80 per ons, sementara harga emas terkoreksi setelah dua kali mencetak rekor pekan sebelumnya. Sebaliknya, saham energi naik mendekati 1% seiring kenaikan harga minyak yang mencapai 2%.
Baca Juga: Wall Street Menguat, Saham Teknologi Pimpin Reli Saat Nike Tertekan Penjualan China
Saham perbankan ikut tertekan setelah menguat signifikan sepanjang tahun ini. Citigroup turun 1,9%, meskipun sepanjang tahun sudah melonjak hampir 68% berkat kemajuan penyelesaian masalah regulasi.
Pelemahan ini terjadi setelah S&P 500 mendekati batas psikologis 7.000 poin. Pekan lalu, Dow Jones menutup perdagangan pada rekor tertinggi. Investor sebelumnya berharap terjadinya fenomena "Santa Claus rally", yakni kecenderungan penguatan di tujuh hari perdagangan terakhir tahun dan awal Januari.
Meski demikian, ketiga indeks utama Wall Street masih berada di jalur penguatan bulanan yang solid. Dow Jones dan S&P 500 bahkan berpotensi mencatat delapan bulan beruntun di zona hijau. Bull market sejak Oktober 2022 juga tetap terjaga meski ada kekhawatiran terkait valuasi teknologi dan volatilitas pasar.
Optimisme investor didukung prospek suku bunga acuan yang berpotensi turun, perkembangan positif sektor AI, serta ketahanan ekonomi AS. Ketiga indeks juga diproyeksikan mencetak kenaikan tahunan untuk ketiga kalinya secara beruntun. Mayoritas analis memprediksi tren positif berlanjut pada 2026.
Baca Juga: Wall Street Diproyeksi Dibuka Mendatar pada sesi Setelah Perayaan Natal
“Tanpa adanya resesi, kecil kemungkinan pasar saham menghadapi koreksi besar atau memasuki bear market,” tulis Peter Oppenheimer, Kepala Strategi Saham Global Goldman Sachs dalam sebuah catatan riset.
Pekan ini, investor akan mencermati risalah pertemuan Federal Reserve dan data klaim pengangguran mingguan. Sejauh ini, S&P 500 telah menguat sekitar 17% sepanjang tahun, ditopang euforia investasi AI yang menjaga kinerja Wall Street tetap unggul dibanding pasar saham Eropa.
Saham DigitalBridge melonjak 9,6% setelah SoftBank Group mengumumkan rencana akuisisi perusahaan infrastruktur digital tersebut senilai US$4 miliar.
Di Bursa New York, jumlah saham turun melampaui saham naik dengan rasio 1,63 banding 1. Sementara di Nasdaq, saham turun unggul dengan rasio 2,38 banding 1. Volume perdagangan mencapai 13,08 miliar lembar, lebih rendah dari rata-rata 16,2 miliar di 20 hari terakhir.
Selanjutnya: Porsi Penjaminan Kredit UMKM Dibidik Tembus 90%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













