kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.839   -99,00   -0,63%
  • IDX 7.462   -30,39   -0,41%
  • KOMPAS100 1.155   -4,60   -0,40%
  • LQ45 914   -6,43   -0,70%
  • ISSI 227   0,61   0,27%
  • IDX30 470   -4,56   -0,96%
  • IDXHIDIV20 567   -5,69   -0,99%
  • IDX80 132   -0,48   -0,36%
  • IDXV30 141   0,34   0,24%
  • IDXQ30 157   -1,24   -0,78%

Belanja infrastruktur harus bisa naikan return obligasi Indonesia


Jumat, 28 Januari 2011 / 16:45 WIB
Belanja infrastruktur harus bisa naikan return obligasi Indonesia


Reporter: Dyah Megasari |

SINGAPURA. Pacific Investment Management Co berpendapat obligasi Indonesia yang masuk dalam golongan junk bond namun memiliki rating tinggi, harus memberikan imbal hasil atau return yang menarik di 2011. Alasannya, belanja infrastruktur di Indonesia terus meningkat.

Dengan latar belakang tersebut, Lian Chia-Liang, Kepala Manajemen unit Asia memperkirakan ekonomi Asia bergerak lebih cepat ketimbang negara maju. "Penilaian terhadap kualitas kredit sangat penting. Idealnya investor ingin berinvestasi pada pasar yang tumbuh," ujarnya di Singapura (28/1).

Ekonom yang disurvei Bloomberg memperkirakan sepanjang 2011, ekonomi Indonesia tumbuh paling tinggi dibanding negara Asia Tenggara lainnya di level 6,28%. Angka tersebut melampaui ekspektasi pertumbuhan ekonomi Singapura yaitu 5,35% dan Korea Selatan 4,3%.

Sebelumnya, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, mematok target pertumbuhan rata-rata tahunan 6,6% hingga akhir jabatannya pada 2014. SBY berjanji menggandakan belanja infrastruktur menjadi US$ 140 miliar.

Moody's Investors Service memberikan peringkat Ba1 pada obligasi dalam bentuk rupiah maupun mata uang asing Indonesia. Peringkat tersebut merupakan peringkat tertinggi yang diberikan pada junk bond.

Indonesia memiliki prospek yang cerah karena baru menandatangani perjanjian infrastruktur senilai US$ 24 miliar dengan Jepang. Perjanjian yang dilakukan bulan lalu digunakan untuk proyek angkutan massal di Jakarta.

"Jika ekonomi Indonesia memang bisa tumbuh, negara ini bisa kembali menggenggam investment grade seperti pertengahan 1990," ujar Lian. Kenaikan country rate cenderung memiliki efek yang baik bagi pasar SUN maupun obligasi korporasi. "Kami menilai kualitas kredit Indonesia terus membaik," tutur Lian.

Menurutnya, perbedaan yang cukup besar antara yield obligasi Indonesia dengan negara lainnya menjadi pilihan menarik. "Jika berhati-hati, pasti paham betul mengenai risiko obligasi tersebut," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×