Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usai mencetak rekor berkali-kali pada awal Januari 2018, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kini rentan koreksi. Sentimen dari Amerika Serikat (AS) disebut menjadi pemicunya.
Meski demikian, Head of Lots Services Lotus Andalan Sekuritas, Krishna Dwi Setiawan menilai, kondisi indeks saat ini belum terbilang gawat. Dengan demikian, menurutnya self regulatory organization (SRO) belum perlu mengambil langkah antisipasi berupa intervensi di pasar.
“Kebijakan itu perlu kalau kondisi indeks sempat jatuh seperti tahun 2008. Sekarang kita masih jauh dari itu,” ujar Krishna, Jumat (9/2). Menurutnya, SRO maupun pemerintah hanya perlu menjaga indikator makroekonomi Indoenesia agar sesuai harapan pasar.
Analis Binaartha Parama Sekuritas M. Nafan Aji juga sepakat. Menurutnya pemerintah bisa berkontribusi menopang indeks lewat kebijakan ekonomi strategis. Berbagai upaya menurut Nafan bisa dilakukan pemerintah untuk menarik investor strategis masuk ke Indonesia.
Misalnya, dengan kerja sama bilateral maupun dengan menciptakan kemudahan agar iklim investasi Indonesia semakin kondusif. Stabilitas politik dan keamanan menurut Nafan juga perlu dijaga. Selain itu, menurutnya daya beli masyarakat juga perlu terus distimulus.
Meski demikian, Bursa Efek Indonesia (BEI) tetap punya kontrol. Dimuat KONTAN sebelumnya, Samsul Hidayat, Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan, bisa saja perdagangan dihentikan jika penurunan mencapai 10% dalam beberapa hari berturut-turut. Menurut Samsul, jika perdagangan turun drastis dan BEI mendapatkan persetujuan OJK untuk menghentikan perdagangan, hal tersebut bisa saja terjadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News