Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Hingga kini, PT Bumi Reources Tbk (BUMI) belum bisa memulai program pembelian kembali atau buy back 17% saham di saat krisis bursa saham. Bahkan Bursa Efek Indonesia (BEI) masih menyoalnya, karena menilai rencana aksi korporasi Bumi penuh ketidakjelasan.
BEI sudah melayangkan surat kepada anak usaha PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) ini, yang berisi sekitar 11 pertanyaan. Bahkan, BEI meminta produsen batubara terbesar di Indonesia ini merevisi beberapa isi proposal buy back. Bumi sebelumnya sudah mengumumkan proposal buy back kepada publik pada 13 November 2008.
Otoritas bursa antara lain mempersoalkan informasi target harga rata-rata buy back Rp 2.500 per saham yang ada dalam proposal Bumi. BEI menilai pencantuman target harga buy back bisa menyesatkan informasi bagi publik. Makanya, BEI minta Bumi menghapus target harga tersebut. BEI juga meminta BUMI menghapus perkiraan analis bahwa potensi kenaikan harga sahamnya hingga 127,8% dari rata-rata harga buy back atau Rp 3.195 per saham.
Seperti kita tahu, Bumi berencana membeli kembali sebanyak-banyaknya 3,3 miliar saham atau 17% saham melalui lantai bursa. Anggaran dana buat membiayai hajatan ini Rp 8,25 triliun, dengan target harga rata-rata pembelian Rp 2.500 per saham. Sumber dana buy back dari kas internal dan utang. Pelaksanaannya mulai 17 November 2008 hingga tiga bulan ke depan. Bumi juga sudah menunjuk Recapital Securities sebagai broker pelaksana.
Senior Vice President Investor Relations BUMI Dileep Srivastava menyatakan, skema buy back tersebut sudah sesuai dengan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). "Kami akan membeli di harga pasar," katanya kepada KONTAN, kemarin.
Ia menjelaskan, penetapan target harga rata-rata buy back itu berdasarkan hasil analisa matematis dari jumlah maksimum saham yang akan dibeli kembali dan alokasi dana. Asumsi itu berdasarkan harga rata-rata pada 29 September 2008 sebesar Rp 3.200 per saham, dan harga pada 6 Oktober 2008 sebesar Rp 1.975 per saham. "Rp 2.500 per saham ini konservatif," kata Dileep.
Kini, target harga itu jauh lebih tinggi dari harga saham Bumi di lantai bursa. Kemarin, harga saham Bumi kembali anjlok 9,47% jadi Rp 860 per saham. Berarti, target harga buy back lebih tinggi 190,7% daripada harga saham sekarang.
Soal sumber dana buy back, Dileep menjelaskan bahwa Bumi masih mencari utang US$ 600 juta. Bumi baru mendapatkan utang US$ 75 juta dari Credit Suisse. Sedangkan sebesar US$ 525 juta kemungkinan bersumber dari penerbitan surat utang jangka menengah atau medium term notes (MTN).
Persoalannya, perjanjian kredit dengan Credit Suisse membatasi BUMI tidak memiliki total utang lebih dari US$ 2,25 miliar. Hingga akhir semester I-2008, total utang Bumi US$ 1,74 miliar. Jika BUMI menambah utang US$ 600 juta, batasan kredit itu sudah tembus karena total utang jadi US$ 2,34 miliar.
Paparan publik BUMI batal
Lantaran masih terbelit masalah, BUMI batal ikut acara Investor Summit & Capital Market Expo 2008 dan menggelar paparan publik pada 26 November 2008. "Kami menerima permintaan dari BEI untuk menunda paparan publik di acara itu," kata Dileep.
Namun Direktur Pencatatan BEI Eddy Sugito mengaku tak tahu adanya permintaan itu. "Yang saya tahu, ada ketakutan dari panitia bahwa emiten ini tidak hadir," kata Eddy.
Selain BEI, Badan Pengawas pasar Modal dan Lembaga keuangan (Bapepam LK) juga ikut nimbrung. Cuma, Bapepam lebih menyoroti BNBR, selaku induk Bumi. Kepala Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Jasa Bapepam-LK Noor Rachman bilang, sudah mengirim surat ke BNBR pada Selasa lalu (18/11). "Kami minta penjelasan hal yang telah disampaikannya dalam paparan publik Senin lalu," katanya.