kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.063   79,31   1,14%
  • KOMPAS100 1.056   15,99   1,54%
  • LQ45 830   13,16   1,61%
  • ISSI 214   1,34   0,63%
  • IDX30 424   7,83   1,88%
  • IDXHIDIV20 510   8,47   1,69%
  • IDX80 121   1,88   1,59%
  • IDXV30 125   0,72   0,58%
  • IDXQ30 141   2,29   1,65%

BEI berharap aktivitas lepas saham menurun


Jumat, 21 Agustus 2015 / 22:46 WIB
BEI berharap aktivitas lepas saham menurun


Sumber: Antara | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap aktivitas lepas saham oleh pelaku pasar dapat menurun sehingga menahan tekanan lebih dalam indeks harga saham gabungan (IHSG).

"Saat ini memang minim sentimen positif baik dari global maupun dalam negeri, namun diharapkan pelaku pasar 'cooling down' agar IHSG BEI tidak tertekan lebih dalam," kata Direktur BEI Samsul Hidayat di Jakarta, Jumat (21/8).

Di tengah kondisi saat ini, lanjut dia, Bursa hanya dapat memastikan aktivitas transaksi saham-saham di dalam negeri terselenggara dengan teratur, wajar, dan efisien. Kebijakan BEI saat ini juga masih belum ada perubahan dan berlaku normal.

Ia mengharapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang akan mengeluarkan stimulus peraturan sektor pasar modal yang membolehkan emiten atau perusahaan publik untuk melakukan pembelian kembali sahamnya (buy back) dapat menahan penurunan IHSG BEI lebih dalam.

Dalam catatan BEI, di akhir 2014 IHSG ditutup di level 5.226 poin, namun pada penutupan 21 Agustus 2015 ini IHSG ditutup di level 4.335 atau sudah turun sebesar 17,05%.

Sebelumnya, Kepala Riset PT Recapital Securities, Andrew Argado mengatakan bahwa aksi pelaku pasar yang cenderung melepas saham-sahamnya dikarenakan kondisi perekonomian global, termasuk Indonesia yang melambat.

"Perekonomian yang melambat akan membuat kinerja emiten menurun, situasi itu membuat saham-saham emiten menjadi kurang menarik untuk di koleksi," katanya.

Di dalam negeri, lanjut dia, sentimen negatif bertambah menyusul mata uang rupiah mengalami depresiasi terhadap dolar AS. Rupiah yang menurun akan membuat beban biaya perusahaan meningkat, apalagi bahan baku produksi didapat dari impor.

"Saat dolar AS naik terhadap rupiah maka beban biaya untuk mengadakan bahan baku otomatis meningkat, situasi itu akan memicu pendapatan dan laba perusahaan bisa tergerus, sehingga investor saham menurunkan harapannya terhadap fundamental perusahaan tercatat atau emiten," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×