Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) bersiap menyambut tiga emiten baru dalam waktu dekat. Jika tak ada aral melintang, PT Yupi Indo Jelly Gum, yang bergerak di sektor konsumer non-siklikal, dijadwalkan melantai di Bursa pada 21 Maret.
Perusahaan yang bakal menggunakan kode YUPI ini berpotensi mendapatkan dana IPO sebesar Rp 2,04 triliun.
Kemudian, PT Fore Kopi Indonesia, yang juga berada di sektor konsumer non-siklikal akan melakukan pencatatan saham perdana pada 11 April.
Berdasarkan prospektusnya, calon emiten dengan kode FORE ini mengincar dana IPO Rp 379,96 miliar.
Baca Juga: Menimang Tawaran Saham IPO FORE di Tengah Gonjang-Ganjing Pasar
Adapun PT Medela Potentia, yang beroperasi di sektor kesehatan, diperkirakan akan resmi tercatat di BEI pada 15 April. Melalui aksi korporasi ini, perusahaan mengincar dana Rp 805 miliar.
Direktur Utama Medela Potentia Krestijanto Pandji menyampaikan bahwa pihaknya optimis sahamnya bisa terserap oleh pasar di tengah lesunya laju indeks dalam negeri. Sebab, ia meyakini bahwa PT Medela Potentia memiliki kinerja fundamental yang kuat.
"Kita enggak takut. Pasar juga lagi sepi, tapi nanti kan bakal kembali (bergairah), yang penting fundamental kita harus kuat. Sales bagus dan juga profit margin bagus," kata Krestijanto saat ditemui Kontan di Jakarta, Kamis (13/3) lalu.
Setelah IPO, pihaknya pun menargetkan pertumbuhan kinerja dua digit, sebesar 11%-12%, pada 2025, dibandingkan tahun lalu.
Prospek Saham IPO
Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo, menilai bahwa prospek emiten yang melantai di bursa masih memiliki peluang pertumbuhan positif.
Sektor consumer, seperti YUPI dan FORE, berpotensi untuk melakukan ekspansi bisnis, terutama YUPI yang juga mengandalkan penjualan ekspor.
Sementara itu, MDLA dari sektor kesehatan mendapat dorongan dari program kesehatan gratis pemerintah, yang berpotensi meningkatkan permintaan terhadap alat kesehatan.
Baca Juga: Berniat IPO, Medela Potentia Bidik Pertumbuhan hingga 12% pada Tahun Ini
Dari sisi valuasi, price-to-earnings ratio (P/E) MDLA masih tergolong undervalued, berada di kisaran 7,5x – 9,6x. Sebaliknya, P/E YUPI dan FORE tercatat di atas rata-rata industri.
Investor juga disarankan untuk mempertimbangkan rekam jejak penjamin emisi dalam membawa perusahaan IPO serta kinerja saham yang mereka dampingi.
"Di sisi lain investor juga bisa manfaatkan momentum ketika terjadi ada kenaikan," kata Azis kepada Kontan, Rabu (19/3).
Head of Investment Specialist PT Maybank Sekuritas Indonesia, Fath Aliansyah Budiman, menyarankan investor untuk menyesuaikan pilihan saham dengan strategi investasi mereka.
Bagi investor yang mencari keuntungan dari potensi kenaikan harga, FORE bisa menjadi pilihan, mengingat perusahaan sedang dalam fase pertumbuhan signifikan dan telah mulai mencatatkan keuntungan pada periode sembilan bulan pertama tahun 2024.
"Berdasarkan prospektusnya YUPI memberikan indikasi adanya potensi pembagian dividen dengan Dividend Payout Ratio (DPR) sampai dengan 80%. Posisi neraca yang sehat memungkinkan emiten untuk melakukan hal tersebut," ujar Fath kepada Kontan, Rabu (19/3).
Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, menilai bahwa emiten di sektor konsumer masih menarik, meskipun daya beli masyarakat saat ini menurun. Namun, daya beli berpotensi meningkat kembali seiring dengan optimisme pemulihan ekonomi.
Meski begitu, investor perlu memperhatikan risiko volatilitas harga komoditas, yang masih dipengaruhi oleh ketegangan perang dagang dan dapat berdampak pada biaya bahan baku serta kinerja keuangan emiten.
Untuk investasi jangka panjang, sektor konsumer tetap menjanjikan, terutama dengan kondisi keuangan YUPI yang solid. Perusahaan memiliki rasio profitabilitas yang positif dan tingkat utang yang sehat, serta masih memanfaatkan dana untuk mendukung operasional dan ekspansi pasar.
"Di tengah volatilitas pasar saham, investor juga dapat memanfaatkan momentum IPO ini," terang Indy kepada Kontan, Rabu (19/3).
Namun, penting untuk tetap melakukan analisis terhadap laporan keuangan emiten, rasio keuangan, serta valuasi saham sebelum mengambil keputusan investasi.
Selanjutnya: Dampak Makan Bergizi Gratis, Luhut : Kita Semua Terperangah!
Menarik Dibaca: Dukung Kebutuhan Diaspora, Master Bagasi dan Kemenlu Jalin Kolaborasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News