Reporter: Harris Hadinata | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - DUBAI. Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mengkaji pembentukan bursa efek syariah. Untuk mendukung rencana ini, BEI melakukan studi banding ke Dubai Financial Market (DFM) di Uni Arab Emirat.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengungkapkan, usulan pembentukan bursa saham syariah ini awalnya datang dari Ketua Kadin Rosan Roeslani. "Karena biaya pembentukan bursa itu mahal, jadi BEI akan bantu," tutur Tito di Dubai, Minggu (29/10).
Rencananya, bursa saham syariah ini tidak akan didirikan di Jakarta. "Saya kira lebih baik di Surabaya," imbuh Tito.
Ia beralasan, saat ini distibusi broker masih terpusat di Jabodetabek. Sekitar 70% broker ada di daerah tersebut.
Tito menilai pendirian bursa saham syariah pada dasarnya tidak sulit. Indonesia sudah memiliki produk syariah, termasuk saham.
Landasan hukum pasar modal syariah pun sudah cukup. "Indonesia ada 17 fatwa DSN dan 10 peraturan OJK soal pasar modal syariah," kata Irwan Abdalloh, Assistant Vice President Sharia Capital Market Development BEI.
Tito mencontohkan, di Indonesia sebenarnya sudah ada fatwa mengenai penerbitan dan perdagangan waran syariah. "Tapi produknya belum ada," kata dia.
Anggota bursa juga pada dasarnya sudah siap. Saat ini setidaknya ada 12 anggota bursa yang mengembangkan syariah online trading system (SOTS).
Namun Tito masih belum pasang target kapan bursa syariah ini bakal berjalan. "Secara teori, sembilan bulan juga bisa jalan," cetus dia.
Kini BEI masih mengkaji hal-hal yang perlu dipersiapkan. Dua pekan ke depan, BEI juga akan kembali menemui DFM, dengan salah satu agenda untuk mempersiapkan bursa syariah ini. "Saya juga akan ajak Rosan," kata Tito.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News