Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - MUARA ENIM. Emiten pertambangan pelat merah PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tengah berupaya untuk mencapai target net zero emission pada seluruh aktivitas bisnisnya.
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Suryo Eko Hadianto berharap target tersebut bisa tercapai pada tahun 2050.
Nantinya, PTBA bakal melakukan kegiatan yang dapat menyerap volume karbon sama dengan yang diproduksi, sehingga akan mewujudkan keseimbangan emisi.
Manajemen PTBA secara bertahap sudah mulai melakukan aktivitas yang bisa mengurangi emisi di kegiatan operasionalnya. Seperti melakukan elektrifikasi dalam melakukan penggalian, menggunakan mobil listrik serta menggunakan alat tambang listrik.
Selanjutnya, emiten pertambangan batubara ini juga berkomitmen untuk melakukan kegiatan reforestry. Yang tak kalah penting, emiten ini juga berencana untuk menggunakan carbon capture ke depannya.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) targetkan produksi batubara capai 37 juta ton pada 2022
"Proses penambangan juga sudah menggunakan conveyor system berbasis listrik, kami menggunakan alat berat hybrid, elektrifikasi kami jalankan. Tahun 2022 bus kendaraan karyawan sudah menggunakan bus-bus listrik," paparnya ketika ditemui Kamis (18/11).
Kemudian, PTBA menggandeng Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk melakukan kerjasama penelitian guna mendapatkan tanaman-tanaman yang memiliki daya serap emisi tinggi. Dimana, tanaman tersebut akan ditanam di ara bekas tambang.
Suryo mengaku sejauh ini sudah menemukan beberapa pohon yang mempunyai daya serap emisi tinggi dari kerja sama tersebut.
Nah, dalam waktu dekat ini Bukit Asam juga berencana untuk mengadakan Innovation Award pada tahun 2022. Acara ini bisa diikuti seluruh universitas di Indonesia guna melakukan inovasi dan mengembangkan carbon capture.
“Kami harus bisa menyampaikan pada publik bahwa menambang tidak harus mengotori atau membuat emisi karena kita melakukan reforestry, pengendalian terhadap emisi," tambahnya.
Sebagi informasi, dalam pembangunan PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 dengan kapasitas 2x660 megawatt, PTBA menggunakan teknologi ramah lingkungan.
Ditemui secara terpisah, Deputi General Manager PT Huandian Bukit Asam Power (HBAP) Gusti Anggara menjelaskan, pembangkit listrik mulut tambang tersebut menggunakan teknologi flue gas desulfurization (FGD).
Teknologi FGD dapat mengurangi sulfur dioksida dari emisi gas buang pembangkit listrik berbahan bakar batubara.
Gusti menjelaskan, dalam teknologi tersebut terjadi pencampuran emisi gas hasil pembakaran batubara dengan zat pengikat yang berupa kapur basah (CaCO3). Hal ini dilakukan agar kandungan sulfur dioksida yang dilepaskan ke atmosfer menjadi lebih rendah.
Selanjutnya: PLTU Sumsel 8 gunakan teknologi FGD untuk tekan emisi gas buang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News