Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sukses mencatatkan kinerja yang solid di tengah penurunan harga batubara. Pendapatan Adaro hanya turun cenderung tipis pada kuartal III-2019 menjadi US$ 2,65 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 2,67 miliar.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer (CEO) Garibaldi Thohir mengatakan, kinerja solid tersebut didukung peningkatan volume tahunan yang baik karena permintaan batubara masih tinggi. Namun dia tak bisa menutup mata bahwa tantangan ekonomi makro dan industri masih memberi tekanan terhadap harga batubara global.
Baca Juga: Agar sukses menurunkan berat badan, hindari melakukan tiga hal ini
"Di tengah kondisi yang sulit, kami terus berfokus pada keunggulan operasional dan efisiensi. Kami juga tetap optimistis dengan fundamental pasar batubara di jangka panjang dan terus mengeksekusi strategi perusahaan yang dirancang untuk bisnis yang berkelanjutan," ujar Garibaldi dalam rilis tertulis yang diterima Kontan, Senin (5/12).
Dalam periode yang sama, volume penjualan perusahaan naik 14% secara tahunan (yoy) menjadi 44,66 metrik ton (mt), namun harga jual rata-rata turun 13% yoy akibat melemahnya harga batubara. Kemudian, total produksi batubara hingga kuartal III-2019 mencapai 44,13 mt atau naik 13% yoy. Dengan posisi ini, perusahaan memperkirakan dapat mencapai panduan produksinya untuk tahun 2019 yaitu 54 mt - 56 mt.
Sementara itu, beban pokok pendapatan ADRO tercatat tumbuh 4% yoy dari US$ 1,78 miliar menjadi US$ 1,85 miliar. Kenaikan beban didorong oleh naiknya volume maupun harga bahan bakar minyak (BBM).
Baca Juga: Perbaiki pelabuhan & bandara di Sulteng, pemerintah utang Rp 1,4 triliun dari ADB
Total biaya BBM tercatat naik 3% yoy karena peningkatan konsumsi BBM untuk mendukung volume produksi dan pengupasan lapisan penutup yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Karena volume pengupasan lapisan penutup naik pada kuartal tiga ini, nisbah kupas gabungan rata-rata ADRO mencapai 4,76 kali, atau sedikit lebih tinggi daripada panduan yang ditetapkan sebesar 4,56 kali.
Baca Juga: Bagaimana Warren Buffett memilih sahamnya?
Namun biaya kas batu bara turun 6% dengan adanya upaya efisiensi yang terus dilakukan di sepanjang rantai pasokan batubara ADRO. Sedangkan royalti yang dibayarkan kepada pemerintah naik 2% yoy menjadi US$ 283 juta karena adanya kenaikan volume penjualan.
Dengan kondisi tersebut ADRO mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$ 405,99 juta atau naik 29,83% yoy dari US$ 312,71 juta.
Baca Juga: Drone militer AS ditembak jatuh sistem pertahanan Rusia di dekat ibu kota Libya
Kemudian EBITDA operasional perusahaan tercatat US$ 976 juta atau turun 8% yoy dari US$ 1,06 miliar. ADRO juga mencatat marjin EBITDA operasional sebesar 37%. Hal ini sejalan dengan panduan EBITDA operasional tahun 2019 yang ditetapkan kisaran US$ 1 miliar - US$ 1,2 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News