kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45887,73   13,33   1.52%
  • EMAS1.365.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini Rekomendasi Saham Summarecon Agung (SMRA) di Tengah Penjualan Moncer


Selasa, 04 Juni 2024 / 07:37 WIB
Begini Rekomendasi Saham Summarecon Agung (SMRA) di Tengah Penjualan Moncer
ILUSTRASI. analis memberikan rekomendasi saham untuk Summarecon Agung (SMRA)


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mencetak kinerja solid di kuartal I-2024. Analis memperkirakan raihan positif SMRA tersebut bakal berlanjut terutama didorong moncernya penjualan properti.

Analis Indo Premier Sekuritas Ryan Dimitry mengatakan, SMRA melaporkan serangkaian hasil yang kuat pada kuartal I-2024. Emiten properti ini mencatat laba bersih kuartal I-2024 sebesar Rp 441 miliar yang tumbuh 62% year on year (YoY) dan 291% quartal on quartal (QoQ).

Sehingga, capaian laba itu membentuk sekitar 49% capaian untuk setahun penuh dari estimasi Indo Premier Sekuritas. Dalam tiga tahun terakhir, rata-rata run rate laba bersih SMRA pada kuartal pertama hanya sebesar 24% pada 2019, 2022, 2023. Tidak termasuk tahun terjadinya covid-19 pada 2020 dan 2021.

Ryan melihat, pencapaian yang kuat ini didorong oleh pendapatan yang cukup besar dari semua segmen pendapatan tidak berulang (non-recurring). Segmen ini telah berkinerja baik yang mendorong peningkatan laba kotor.

Laba kotor SMRA mencapai Rp 1,1 triliun yang meningkat sekitar 42% YoY dan 40% QoQ pada kuartal I 2024.

Margin kotor (GPM) datar sebesar 52% YoY dengan margin non recurring sebesar 55% telah meningkat 12 bps YoY dan 222 bps QoQ, mampu mengimbangi penurunan margin pendapatan berulang sebesar 45% (-201 bps YoY dan -91 bps QoQ).

Baca Juga: Kinerja Pusat Perbelanjaan Summarecon Agung (SMRA) Lampaui Pencapaian Sebelum Pandemi

Adapun pendapatan SMRA meningkat 42% YoY dan 35% QoQ menjadi Rp 2,1 triliun pada kuartal I-2024. Pertumbuhan ini disokong oleh pendapatan non-recurring yang melonjak 58% yoy dan 67% QoQ.

Ryan memaparkan, segmen perumahan menjadi kontributor terbesar pendapatan non recurring tersebut dengan capaian Rp 1,1 triliun atau meningkat 54% YoY dan 88% QoQ di kuartal I-2024.

Di mana, penjualan di wilayah Bekasi dan Serpong merupakan pendorong utama pendapatan yang kuat pada kuartal I-2024.

Kemudian diikuti pendapatan segmen Ruko sebesar Rp 165 miliar (12%YoY dan 49% QoQ), segmen Kavling senilai Rp 83 miliar (348%YoY dan -43% QoQ), serta segmen Apartemen sekitar RP 76 miliar (348% YoY dan 431 QoQ).

“Tingginya pengakuan pendapatan disebabkan oleh dampak pembebasan PPN dari klaster Bekasi dan Serpong,” ungkap Ryan dalam riset 2 Mei 2024.

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda mencermati, pendorong kinerja SMRA di kuartal pertama tahun ini adalah pertumbuhan marketing sales atau pendapatan pra penjualan. SMRA sukses mengantongi marketing sales sebesar Rp 809 miliar di kuartal I-2024.

Marketing sales SMRA dikontribusikan oleh penjualan rumah di wilayah Serpong dan Bekasi. Adanya insentif pemerintah mengenai Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) turut membantu penjualan properti SMRA.

Di sisi lain, Vicky melihat segmen pendapatan berulang (recurring income) akan menjadi pendorong pertumbuhan SMRA untuk jangka panjang. Dengan demikian, SRMA diperkirakan terus berpotensi mencetak kinerja positif lewat pendapatan berulang dari mall ataupun ritel.

“Prospek kinerja SMRA di tahun 2024 ini cukup bagus, melihat dari kinerja kuartal pertama yang solid,” ujar Vicky kepada Kontan.co.id, Senin (3/6).

 

Namun, Vicky berujar, arah suku bunga masih belum pasti menjadi kekhawatiran sektor properti. Demikian pula, rencana penerapan iuran Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) masih terlalu dini diperhitungkan dampaknya bagi emiten properti seperti SMRA.

Selain itu, rencana penerbitan obligasi SMRA merupakan langkah yang bagus untuk menunjang strategi bisnis, tetapi ada risiko yang perlu diwaspadai. Seperti diketahui, SMRA tengah merancang penerbitan Obligasi Berkelanjutan IV Summarecon Agung Tahap III Tahun 2024 dengan nilai pokok Rp 1,3 triliun.

Menurut Vicky, penerbitan obligasi tersebut akan mendukung modal bisnis SMRA. Akan tetapi, risiko gagal bayar membayangi karena saat ini suku bunga Bank Indonesia (BI) masih tinggi, serta ekonomi yang masih diselimuti ketidakpastian.

“Jadi menurut kami harus tetap diwaspadai dan menilai perkembangan ekonomi saat ini untuk mengambil langkah penerbitan obligasi,” imbuh Vicky.

Ryan mencontohkan, Net Gearing SMRA menjadi lebih tinggi pasca penerbitan obligasi. Net gearing SMRA naik menjadi 43% di kuartal I-2024 dibandingkan 28 dan 40% masing-masing di kuartal I-2023 dan kuartal IV-2023.

Secara total, utang SMRA tumbuh 30% yoy dan 8% qoq menjadi Rp7,8 triliun, pasca penerbitan obligasi sebesar Rp900 miliar tahun lalu guna membiayai akuisisi cadangan lahan untuk proyek kota mandiri di Tangerang, yang akan mulai dijual pada kuartal IV-2024. Sementara tingkat kasnya meningkat menjadi Rp3,4 triliun pada kuartal pertama tahun ini.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta, masih optimistis kinerja positif SMRA akan berlanjut seiring prospek meningkatnya pendapatan dari penjualan properti. Hal itu karena kondisi industri properti yang mendukung seperti adanya penerapan insentif PPN DTP berlaku sampai akhir 2024.

Di samping itu, kondisi makroekonomi diharapkan semakin membaik seiring potensi pemangkasan suku bunga acuan di tahun ini. Pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral akan menjadi katalis meningkatnya arus masuk (inflow) ke sektor properti.

Baca Juga: Summarecon Agung (SMRA) Terbitkan Obligasi Rp 1,3 Triliun, Ini Penggunaan Dananya

Nafan menjelaskan, turunnya bunga acuan akan berimplikasi positif terhadap penurunan bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ataupun Kredit Pemilikan Apartemen (KPA). Jadi memang masih ada harapan positif di sektor properti

“Insentif PPN DTP masih akan merangsang minat investor membeli properti,” kata Nafan saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (3/6).

Adapun Nafan menyarankan Accumulative Buy untuk SMRA dengan target harga sebesar Rp 600 per saham. Ryan juga merekomendasikan Buy untuk SMRA, namun dengan target harga lebih tinggi Rp 625 per saham.

Sementara itu, Vicky merekomendasikan Buy on Weakness untuk SMRA dengan target harga Rp 545 per saham. Dari sisi fundamental SMRA memiliki valuasi yang tergolong undervalued, dan dari sisi teknikal harganya masih berpotensi akan turun.

Selanjutnya: Bingung Berbelanja Produk Incaran di Lazada? Coba Manfaatkan Fitur LazzieChat Yuk

Menarik Dibaca: Bingung Berbelanja Produk Incaran di Lazada? Coba Manfaatkan Fitur LazzieChat Yuk

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×