kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Begini Prospek IPO Cilacap Samudera Fishing (ASHA)


Jumat, 22 April 2022 / 19:07 WIB
Begini Prospek IPO Cilacap Samudera Fishing (ASHA)
ILUSTRASI. Gudang beku (cold storage) di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cilacap, Jawa Tengah.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kedatangan emiten baru di jajaran perusahaan yang bergelut dalam bisnis perikanan. PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk (ASHA) sedang dalam proses book building untuk initial public offering (IPO).

Merujuk prospektus perusahaan yang diterbitkan di e-ipo.co.id, ASHA menawarkan sebanyak-banyaknya 1,25 miliar lembar saham baru atau 25% dari modal yang telah ditempatkan dan disetor penuh, dengan harga penawaran Rp 100 - Rp 125 per saham.

Lewat IPO, ASHA mengincar dana sebesar Rp 125 miliar sampai dengan Rp 156,25 miliar. Calon emiten yang bergerak dalam bidang perdagangan besar hasil perikanan dan aktivitas cold storage ini berada dalam jajaran sektor consumer non-cyclicals, dengan subsektor di food retail & distributors.

Baca Juga: Cilacap Samudera Fishing (ASHA) Akan Menjaring Dana Hingga Rp 156,25 Miliar Lewat IPO

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto melihat ada sejumlah tantangan yang bisa menghadang laju bisnis produk olahan laut termasuk perikanan. Di antaranya adalah masalah kelangkaan container serta kemacetan di berbagai pelabuhan, yang dapat berimbas pada tingginya tarif. 

Masalah tersebut perlu dicarikan solusi, lantaran penjualan ke pasar ekspor masih sangat mendominasi. Selain itu, faktor cuaca juga seringkali menjadi kendala karena mengakibatkan proses pengiriman menjadi terhambat. 

"Sedangkan faktor pendorong laju bisnis di sektor ini diantaranya kondisi pandemi yang sudah semakin membaik, diharapkan dapat memulihkan permintaan," ujar Pandhu kepada Kontan.co.id, Jumat (22/4).

Baca Juga: IPO Perusahaan BUMN Bakal Menjadi Momentum Positif Bagi Pasar Modal Nasional

Di sisi lain, bisnis perikanan masih cukup sulit dalam mengontrol harga, terutama bahan baku yang dipengaruhi cuaca dan musim. Oleh sebab itu, perusahaan perlu pengelolaan persediaan yang lebih baik untuk dapat menjaga kualitas produk.

Dalam hal ini, ASHA tampak sudah mengantisipasi persoalan tersebut dengan menyediakan cold storage, yang diharapkan dapat meminimalkan risiko. "Setelah IPO nanti ASHA akan lebih fokus ke segmen perdagangan ikan, diperkirakan akan mampu memperbaiki profit margin," imbuh Pandhu.

Sementara itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus memandang consumer non-cyclicals sebagai sektor yang menarik. Tapi, laju bisnis subsektor food retail dan distribusi akan tergantung dari tingkat daya beli dan konsumsi.

Baca Juga: Hajatan IPO Masih Ramai, Ada 35 Perusahaan Antre di Pipeline BEI

"Jika memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi, tentu bisa mendorong sektor ini dan mengalami sentimen yang positif," kata Nico.

Berbekal pengalaman di industri perikanan Indonesia, ASHA telah membangun penangkapan ikan yang terpadu dan terintegrasi. Hal ini dinilai bisa memberikan arah yang positif bagi ASHA. 

Kemudian beragamnya usaha yang dijalankan seperti penangkapan, processing, pembekuan, hingga cold storage dipandang bisa membawa nilai tambah. Menimbang hal tersebut, Nico melihat ASHA positif untuk investasi jangka panjang, dan secara jangka pendek bisa untuk trading

Baca Juga: Saham IPO Cuan Ribuan Persen Bikin Silau Investor

Jika dilihat dari valuasinya, Pandhu menilai harga IPO sekitar Rp 100 - Rp 125 yang akan diperdagangkan dengan kisaran price to book value (PBV) 2,5-2,7x masih tergolong wajar untuk emiten yang baru IPO. Namun jika dibandingkan dengan industrinya, angka tersebut masih relatif lebih tinggi, yang mana rata-ratanya berkisar di 0,9x.

"Hal ini membuat emiten perlu membuktikan dapat memberikan kinerja yang positif pada laporan berikutnya, supaya dapat menarik minat para investor," ujar Pandhu.

Dalam menilai saham IPO, pelaku pasar juga mempertimbangkan prospek dan model bisnis yang dijalankan. Pandhu bilang, para investor akan cenderung lebih berani membayar mahal jika prospek pertumbuhan menjanjikan.

"Hal ini bisa dilakukan dengan membandingkan kinerja emiten sejenis di industri tersebut, sejauh mana tingkat pertumbuhan dan persaingan bisnisnya," imbuh Pandhu.

Baca Juga: BEI Bakal Luncurkan Waran Terstruktur, Begini Tanggapan Sekuritas

Dalam memilih saham IPO, Nico juga mengingatkan agar pelaku pasar agar memperhatikan fundamental perusahaan. Di samping itu, potensi valuasi bisnis di masa mendatang menjadi faktor penting yang bisa dipertimbangkan.

"Laporan keuangan di atas kertas memang penting, namun potensi valuasi bisnis di masa depan juga tidak kalah pentingnya. Market dan scale of business pun harus diperhatikan, karena ini akan menjadi gambaran seberapa besar potensi bisnis tersebut berkembang," tandas Nico.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×