kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Begini kesiapan BUMN Karya mengoptimalkan SWF Indonesia Investment Authority


Senin, 08 Maret 2021 / 17:56 WIB
Begini kesiapan BUMN Karya mengoptimalkan SWF Indonesia Investment Authority
ILUSTRASI. Keberadaan LPI ini kemudian menjadi angin segara bagi perusahaan pelat merah terjun dalam infrastruktur.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah tengah berupaya menggenjot infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, anggaran negara terbatas sehingga perlu alternatif pendanaan untuk mengejar tujuan tersebut.

Sovereign wealth fund (SWF) atau lembaga pengelola investasi (LPI) pun dibentuk untuk memecah masalah pendanaan ini. Dengan adanya LPI, pemerintah mengajak keterlibatan investor luar negeri untuk terlibat dalam pembangunan di Tanah Air. Keberadaan LPI ini kemudian menjadi angin segara bagi perusahaan pelat merah terjun dalam infrastruktur. 

Direktur Keuangan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) Taufik Hendra Kusuma mengatakan kehadiran LPI akan membantu BUMN pengembang infrastruktur dalam melakukan divestasi (asset recycle). Ini karena LPI berperan sebagai investor yang akan mengambil alih proyek investasi yang telah beroperasi seperti jalan tol, bandara, dan pelabuhan yang saat ini dimiliki oleh BUMN.

"Dengan begitu BUMN akan kembali memiliki kapasitas baru khususnya keuangan untuk mendanai pembangunan proyek infrastruktur lainnya," ujar Taufik. Bentuk kerja sama yang diharapkan dari LPI adalah dalam bentuk pelepasan saham jalan tol yang saat ini dimiliki oleh anak usaha Waskita yaitu PT Waskita Toll Road.

Baca Juga: Ini sembilan ruas tol Jasa Marga (JSMR) yang dianggap potensi untuk pendanaan SWF

Saat ini Waskita mempunyai kepemilikan pada 17 ruas di Jawa dan Sumatra yang 12 di antaranya telah beroperasi, baik secara penuh maupun parsial. Sejak akhir tahun lalu, Taufik mengatakan manajemen Waskita telah berdiskusi intensif secara informal dengan tim dari INA. 

"Dengan telah dilantiknya pengurus dari INA, Waskita berharap proses tersebut dapat segera berlanjut ke tahap berikutnya dan transaksi divestasi beberapa ruas tol kepada INA dapat terlaksana paling lambat semester kedua tahun ini," ucap Taufik.

Taufik menyampaikan skema divestasi yang diharapkan adalah skema jual beli tunai. Selain itu, lanjut Taufik, pemerintah sedang fokus untuk meningkatkan pembangunan bendungan dan infrastruktur air di Indonesia.

Taufik menambahkan, Waskita sebagai kontraktor yang berpengalaman di bidang infrastruktur Air dan sesuai arahan Kementerian BUMN terkait spesialisasi Waskita Karya di bidang infrastruktur air, serta bendungan sebagai salah satu fokus segmennya, tentunya akan meningkatkan proyek-proyek di sektor ini.

Baca Juga: Instrumen saham diperkirakan akan terus melanjutkan tren positif di tahun ini

"Perlu diketahui bahwa terbatasnya jumlah bendungan, embung dan penampung air lainnya, menyebabkan kapasitas tampungan air di Indonesia per 2019 baru mencapai 13,8 miliar meter kubik dari target 14,7 miliar meter kubik," kata Taufik.

Direktur Keuangan PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) Donny Arsal mengatakan, SWF setidaknya memiliki empat manfaat. Pertama, meningkat likuiditas perusahaan karena adanya aliran dana masuk. Kedua, alternatif pendanaan dari sisi ekuitas. 

"Manfaat ketiga adalah untuk memperbaiki struktur permodalan Jasa Marga karena ada equity yang masuk," ujar Donny webinar bertajuk Siapkah BUMN Infrastruktur Optimalkan Dana LPI yang diselenggarakan Forum Wartawan BUMN di Jakarta, Senin (8/3). 

Poin keempat, lanjut Donny, dengan adanya asset recycling akan meningkat kinerja karena penjualannya dilakukan di atas nilai buku.

Baca Juga: Pemulihan ekonomi bisa tekan potensi gagal bayar utang emiten

Jasa Marga sebenarnya memiliki 21 aset yang siap menampung dana dari LPI ini. Dari 21 aset, sebanyak 18 sudah operasional atau masuk dalam tahapan brown field. Di mana dalam tahapan ini, proyek sudah tidak memiliki risiko pembebasan lahan dan konstruksi. 

Meski 21 aset siap, namun Jasa Marga menyiapkan 9 aset yang ditawarkan untuk tahap pertama. 9 aset itu yakni Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi, Jakarta-Cikampek II Elevated, Semarang-Batang, Gempol-Pandanaan, dan Pandaan-Malang. Lalu, ada juga Gempol-Pasuruan, Balikpapan-Samarinda, Manado-Bitung dan Bali Mandara.

"Perlu kami sampaikan aset-aset yang kita siapkan ini bisa diganti aset lainnya sesuai dengan risk appetite Indonesia Investment Authority (INA) sendiri, jadi baru kita siapkan sebagai awal meskipun kita ready 21 aset di bawah Jasa Marga," kata Donny.

Baca Juga: Pengamat menilai perusahaan BUMN perlu dukungan pemerintah untuk penguatan daya saing

PT Hutama Karya (Persero) juga menyambut positif pembentukan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) yang memiliki kapasitas keuangan yang besar sehingga dapat menjadi salah satu alternatif solusi pembiayaan dalam menyelesaikan penugasan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS). Plt EVP of Corporate Secretary Hutama Karya Tjahjo Purnomo berharap kehadiran LPI akan meningkatkan kualitas infrastruktur di Indonesia khususnya di Pulau Sumatra. 

"Hutama Karya telah mengoperasikan dua ruas tol di Jakarta dan tujuh ruas tol di Pulau Sumatra dengan tingkat internal rate of return (IRR) yang positif serta lalu lintas harian yang baik sehingga menjadikan aset konsesi tol tersebut cukup menarik untuk ditawarkan kepada LPI," ujar Tjahjo.

Tjahjo mengatakan Hutama Karya siap untuk menawarkan sejumlah ruas Jalan Tol Trans Sumatra yang dikelola kepada Lembaga Pengelola Investasi (LPI). Kata Tjahjo, skema yang ditawarkan dalam bentuk divestasi atau pengalihan konsesi untuk jangka waktu tertentu. "Dana yang diperoleh nantinya akan digunakan untuk membangun ruas tol baru di Sumatra," ungkap Tjahjo.

Baca Juga: Inilah proyek infrastruktur yang bakal jadi fokus LPI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×