kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.901.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.480   -24,00   -0,15%
  • IDX 7.484   -65,55   -0,87%
  • KOMPAS100 1.049   -9,43   -0,89%
  • LQ45 790   -7,68   -0,96%
  • ISSI 254   -1,44   -0,57%
  • IDX30 409   -4,26   -1,03%
  • IDXHIDIV20 466   -6,75   -1,43%
  • IDX80 119   -1,00   -0,84%
  • IDXV30 122   -1,55   -1,25%
  • IDXQ30 130   -1,12   -0,86%

Begini Kata Petinggi Unilever Indonesia (UNVR) soal Fenomena Rojali


Kamis, 31 Juli 2025 / 13:21 WIB
Begini Kata Petinggi Unilever Indonesia (UNVR) soal Fenomena Rojali
ILUSTRASI. Direktur Keuangan Unilever Indonesia Neeraj Lal mengaku produk Unilever tak terpengaruh fenomena rombongan jarang beli (rojali).


Reporter: Rashif Usman | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan ini, istilah Rojali atau Rombongan Jarang Beli tengah ramai diperbincangkan publik di Tanah Air.

Istilah ini merujuk pada perilaku konsumen yang kerap mengunjungi toko atau pusat perbelanjaan hanya untuk melihat-lihat produk tanpa melakukan pembelian. Dalam dunia ritel, fenomena ini sejatinya mirip dengan praktik window shopping.

Direktur Keuangan Unilever Indonesia Neeraj Lal tak menampik bahwa fenomena tersebut memang nyata terjadi. Namun, ia mengaku, sebagian besar portofolio bisnis Unilever tidak terpengaruh oleh fenomena tersebut.

"Saya rasa sebagian besar dari portofolio kami tidak terdampak oleh hal tersebut. Jadi, penting untuk disadari bahwa ketika kita membicarakan soal window shopping, hal-hal semacam itu, sebagian besar portofolio kami sebenarnya tidak terpengaruh," kata Neeraj dalam paparan publik, Kamis (31/7/2025).

Baca Juga: Unilever (UNVR) Bidik Pertumbuhan Kinerja di Kuartal III-2025

Meski begitu, Neeraj mengakui pada kategori tertentu dalam portofolio perusahaan, seperti produk kecantikan dan perawatan pribadi umumnya tidak dibeli langsung oleh pembeli lewat toko fisik maupun ritel modern.

Unilever menaruh perhatian besar pada ketersediaan produk di berbagai saluran penjualan, baik di toko fisik maupun platform online dan e-commerce.

"Jadi ketika pembeli memutuskan untuk berbelanja, baik di toko fisik maupun online, kami harus memastikan ketersediaan fisik dan produk itu sendiri," kata Neeraj dalam paparan publik, Kamis (31/7).

Neeraj menambahkan kunci menghadapi fenomena ini terletak pada dua hal yakni ketersediaan produk dan daya tarik jenama. 

"Kalau tidak ada (ketersediaan), mereka tidak akan membeli. Dan yang kedua adalah jenama produk harus cukup menarik sehingga konsumen mau mengambilnya dan membawanya ke kasir," imbuh Neeraj.

Baca Juga: Unilever (UNVR) Cetak Laba Rp 2,15 Triliun di Semester I-2025, Turun 12,61%

Selanjutnya: Game Lordnine Bisa Main Mulai Hari ini, Simak Link Download dan Kode Redeem Terbaru

Menarik Dibaca: Samsung Z Fold 7 Harga Juli 2025, Intip Berbagai Fitur Premium yang jadi Andalan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU

[X]
×