kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini Dampak Krisis Energi India Bagi Emiten Batubara Indonesia


Selasa, 31 Mei 2022 / 08:20 WIB
Begini Dampak Krisis Energi India Bagi Emiten Batubara Indonesia


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. India di ambang krisis energi. Mengutip Reuters, Sabtu (28/5), penambang batubara terbesar di dunia, yakni Coal India, akan mengimpor batubara. Rencana impor ini mencerminkan seretnya pasokan batubara di negara tersebut.

Impor yang akan dilakukan oleh perusahaan tambang batubara milik negara tersebut merupakan yang pertama sejak 2015. Pasokan yang terbatas memicu kekhawatiran terjadinya pemadaman listrik. Pada April 2022, India menghadapi pemadaman listrik terburuk dalam lebih dari enam tahun.

Fauzan Luthfi Djamal, Analis RHB Sekuritas Indonesia menilai, kemungkinan India saat ini masih berfokus untuk memenuhi kebutuhan listrik. Seiring kenaikan harga gas, pembangkit listrik kembali menggunakan batubara sebagai bahan bakar alternatif. Ditambah, saat ini India sedang mengumpulkan stock batubara untuk  menghadapi musim panas.

Baca Juga: Meski Harga Batubara Melonjak, Emiten Batubara Belum Berminat Menambah Utang Baru

Namun, menurut Fauzan, saat ini cukup sulit bagi Indonesia untuk memenuhi dari sisi supply. Sebab, volume produksi yang ditargetkan kebanyakan sudah terikat kontrak oleh klien.

“Sentimennya sekarang lebih karena permintaan yang meningkat, sehingga mendukung ke kenaikan harga. Mereka berfokus ke target yang dicanangkan di awal dulu,” terang Fauzan kepada Kontan.co.id, Senin (30/5).

Analis Sucor Sekuritas Andreas Yordan Tarigan menilai, kondisi krisis di India tentu bisa menjadi peluang bagi emiten batubara Indonesia, mengingat terbatasnya tambahan pasokan batubara dari Australia karena gangguan supply akibat hujan lebat dan banjir belakangan ini.

Hitungan Andreas, setidaknya sepanjang tahun ini pasokan batubara India akan dalam kondisi yang ketat. Salah satu penyebab utama dari supply shortage di India adalah suhu yang jauh lebih panas dari biasanya. Suhu naik dari 35 derajat menjadi 45 derajat celsius.

Baca Juga: India Akan Mengurangi 81 Pembangkit Listrik Batubara Dalam Empat Tahun Supaya Hemat

Adanya heat dome kemungkinan akan memperpanjang suhu yang panas di negara tersebut. Impor batubara yang sudah dilakukan sebelumnya juga belum bisa memenuhi kebutuhan. Catatan dia, impor batubara India naik pesat menjadi sekitar 23 juta ton pada bulan Maret 2022, dari hanya sekitar 18 juta di Maret tahun lalu. Meski impor bertambah, nyatanya kekurangan pasokan masih tetap terjadi.

Di sisi lain, Uni Eropa, Jepang, dan Korea Selatan harus mencari batubara tambahan untuk pengganti supply batubara dari Eropa. Tahun lalu, negara-negara tersebut mengimpor 100 juta ton batubara dari Rusia.

“Rusia juga tidak mungkin mengalihkan semua batubaranya ke India karena kapasitas jalur kereta yang terbatas ke Asia,” terang Andreas kepada Kontan.co.id, Senin (30/5).

Mendekati bulan Agustus, embargo batubara Rusia oleh Uni Eropa juga dapat menjadi katalis signifikan untuk harga batubara. Uni Eropa harus menambah supply dari berbagai negara untuk menggantikan pasokan batubara dari Rusia sebesar 69 juta pertahun.

Baca Juga: India Krisis Listrik, Ini Deretan Emiten yang Ekspor Batubara ke India

Musim hujan menjadi tantangan

Fauzan menilai, faktor musim hujan yang lebat masih menjadi salah satu tantangan terbesar dalam pemenuhan suplai batubara. Meski demikian, dia meyakini target yang dipasang emiten akan terpenuhi.

Secara histors 10 tahun ke belakang, periode semester kedua bakal mendukung pemenuhan target produksi emiten. Hal ini karena kondisi cuaca yang lebih kering, sehingga aktivitas penambangan akan lebih aktif. Sedangkan ketika musim hujan, kemungkinan emiten akan berfokus untuk melakukan pengupasan lapisan penutup atau overburden removal.

Proses pengambilan batubara biasanya dilakukan pada kuartal setelahnya. “Oleh karena itu biaya pada kuartal keempat hingga kuartal pertama akan lebih tinggi. Sementara kuartal kedua dan kuartal ketiga biasanya menjadi periode puncak pendapatan (earnings peak),” sambung Fauzan.

Di sektor tambang batubara, RHB Sekuritas merekomendasikan trading buy saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan target harga Rp 5.050. RHB Sekuritas juga merekomendasikan beli saham PT United Tractors Tbk (UNTR) dengan target harga Rp 34.700, dari sebelumnya Rp 31.400. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×