Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang Februari beberapa kali menyentuh all time high (ATH). Kendati begitu, ada beberapa emiten yang keluar dari liga market cap Rp 100 triliun.
Adapun saham yang keluar seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN). Per Senin (21/2) market cap ICBP sebesar turun 2,57% menjadi Rp 99,13 triliun dan CPIN turun 8,72% menjadi Rp 94,29 triliun.
Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana berpendapat bahwa penurunan market ICBP terbilang wajar. Hal tersebut diproyeksikan akibat terjadinya aksi profit taking.
Baca Juga: IHSG Menembus All Time High di Atas 6.900, Pasar Saham Dibayangi Aksi Profit Taking
"IHSG memang all time high, tetapi yang menjadi pendorongnya dari sektor keuangan sehingga investornya mungkin melakukan aksi profit taking dan pindah terlebih dahulu ke sektor yang lebih menarik," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (21/2).
Sementara, untuk CPIN penurunan market cap juga seiring dengan penurunan harga sahamnya yang cukup dalam. Adapun dalam periode satu bulan terakhir saham emiten animal feed ini sudah turun sebesar 11,88%.
Analis Erdhika Elit Sekuritas, Ivan Kasulthan menambahkan bahwa terdepaknya kedua emiten tersebut dari jajaran kapitalisasi pasar Rp 100 triliun dikarenakan harga sahamnya yang saat ini berada pada fase downtrend. "Akibatnya, menekan kapitalisasi pasarnya," sebutnya.
Baca Juga: IHSG Naik 0,38% pada Awal Perdagangan Hari Ini, Net Buy Asing Rp 93,127 Miliar
Nah, dengan tren IHSG saat ini Ivan menilai bisa saja emiten yang saat ini memiliki market cap di bawah Rp 100 triliun berhasil menembusnya.
Wawan pun melihat saat ini yang terdekat adalah PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
Apalagi, UNTR tahun ini sangat diuntungkan dengan harga komoditas batubara. "Karena selain kontraktor, perseroan juga memiliki tambang sendiri sehingga mereka sangat diuntungkan dari harga komoditas saat ini," ujarnya.
Demikian halnya dengan BRPT yang mana diproyeksikan harga emas bisa saja naik. Sebab, kala adanya eskalasi geopolitik maka umumnya harga emas akan naik. Selain itu, ketiga emiten tersebut memiliki fundamental dan pertumbuhan kinerja keuangan yang baik.
Namun, Wawan mengingatkan terkait sentimen pemulihan ekonomi. Sebab, apabila kasus Covid-19 terus meningkat yang mengakibatkan level PPKM ditingkatkan dan juga tiba-tiba harga komoditas turun maka akan berdampak pada melesetnya proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News