Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga beban pokok penjualan alias cost of goods sold (COGS) menekan emiten di sektor poultry. Bagi PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) yang miliki kapitalisasi kecil dibanding pemain sektor unggas lain, otomatis prospeknya makin berat.
Mengutip kinerja dalam sembilan bulan terakhir, laba bersih MAIN tergerus ke Rp 2,77 miliar. Walau masih untung, laba MAIN turun drastis 98,81% dari periode tahun lalu di Rp 233,24 miliar. Adapun kinerja ini dihadang oleh COGS yang naik 11,35% ke Rp 3,59 triliun dari Rp 3,22 triliun.
Penurunan kinerja ini juga disampaikan oleh analis Mirae Asset Sekuritas Mimi Halimin dalam risetnya yang terbit 7 November lalu. "Secara garis besar, penurunan profitabilitas emiten disebabkan oleh harga bahan baku dan biaya afkir yang tinggi," papar Mimi dalam riset tersebut.
Memang, beban deplesi dan ayam afkir pada periode tersebut naik 27,27% menjadi Rp 267,91 miliar, dari periode setahun lalu di Rp 210,51 miliar. Tambah lagi, harga jagung kuartal ketiga terlihat mendaki 7% dibandingkan kuartal sebelumnya dan menjadi beban tambahan dalam kegiatan produksi emiten.
Ke depan, MAIN juga bakal dibebani oleh kondisi oversupply yang bisa menekan harga ayam. Saat ini pemerintah memang terus mengendalikan harga dengan melakukan afkir dini untuk mengurangi suplai ayam. Selama periode 30 Oktober sampai 30 Desember ini, produksi ayam DOC dikurangi hingga 9,5% per minggu untuk setiap perusahaan.
Mimi melihat langkah ini sebagai respon tren permintaan ayam yang biasanya akan turun di bulan Desember. Atas pertimbangan tersebut, Mimi memotong proyeksi laba bersih MAIN tahun ini menjadi Rp 2 miliar, dan tahun 2018 di Rp 50 miliar. Adapun ia memperkirakan pendapatan tahun ini bakal dibukukan di Rp 5,73 triliun dan tahun depan di Rp 6,1 triliun.
Namun, Adeline Solaiman, analis Danareksa Sekuritas melihat, masih ada peluang baik bagi MAIN. Menurutnya, biaya COGS memang bakal terus menjadi catatan besar untuk MAIN. Apalagi karena bila dibandingkan dengan pemain poultry lain seperti CPIN dan JPFA, emiten MAIN masih terlihat agak terseok.
Dalam catatan Adeline, market share MAIN berkisar di Rp 1 triliun, berbanding jauh dengan JPFA yang di Rp 15 triliun. Namun, Adeline melihat masih ada harapan bagi sektor poultry dan MAIN karena pemerintah tidak akan diam saja. "Walau ada kondisi oversupply, tahun depan seharusnya lebih baik karena program afkir pemerintah kemungkinan besar akan terus dilanjutkan," jelas Adeline saat dihubungi KONTAN.
Kedua analis ini sepakat merekomendasikan hold saham MAIN. Adeline menargetkan harga saham MAIN pada Rp 800 per saham hingga akhir tahun 2018. Sedangkan Mimi memasang target harga di Rp 953 per saham. Hari ini, saham MAIN turun 0,68% ke Rp 730 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News