CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.322.000   -29.000   -1,23%
  • USD/IDR 16.765   18,00   0,11%
  • IDX 8.362   -54,96   -0,65%
  • KOMPAS100 1.159   -6,94   -0,60%
  • LQ45 844   -6,42   -0,76%
  • ISSI 292   -2,09   -0,71%
  • IDX30 440   -4,44   -1,00%
  • IDXHIDIV20 511   -3,54   -0,69%
  • IDX80 130   -1,04   -0,79%
  • IDXV30 135   -1,25   -0,92%
  • IDXQ30 141   -0,73   -0,52%

Bea Keluar Emas Diterapkan Tahun Depan, Begini Prospeknya Bagi Saham Emiten Emas


Selasa, 18 November 2025 / 18:32 WIB
Bea Keluar Emas Diterapkan Tahun Depan, Begini Prospeknya Bagi Saham Emiten Emas
ILUSTRASI. Rencana bea keluar ekspor emas menekan saham emiten, namun analis melihat peluang hilirisasi dan pasar domestik. Simak rekomendasi investasi emas! (Photo by Costfoto/NurPhoto)NO USE FRANCE


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pemerintah yang akan menerapkan bea keluar untuk ekspor produk emas berpotensi mempengaruhi kelangsungan usaha emiten produsen logam mulia tersebut.

Hal ini tercermin dari pergerakan harga saham sejumlah emiten emas selepas pengumuman kebijakan tersebut.

Berdasarkan pantauan Kontan, mayoritas saham emiten emas mengalami pelemahan harga pada perdagangan Selasa (18/11/2025).

Contohnya dua emiten Grup Merdeka, yakni PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang harga sahamnya terkoreksi 3,98% ke level Rp 2.170 per saham, sedangkan saham PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS) menurun 1,31% ke level Rp 3.780 per saham.

Saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) juga anjlok 3,36% ke level Rp 1.150 per saham. Begitu juga dengan harga saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) yang merosot 3,64% ke level Rp 530 per saham.

Baca Juga: Emas Melemah Usai Reli, Tertekan Penguatan Dolar AS dan Sentimen Hawkish The Fed

Penurunan harga saham juga dialami PT United Tractors Tbk (UNTR), yang memiliki lini bisnis emas, sebesar 2,77% ke level Rp 27.250 per saham. Harga saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turut melemah 1,63% ke level Rp 3.010 per saham.

Sebaliknya, harga saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) stagnan di level Rp 930 per saham dan Rp 1.295 per saham.

Analis Fundamental BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand, mengatakan koreksi harga saham mayoritas emiten emas memperlihatkan kekhawatiran para pelaku pasar terhadap rencana penerapan bea keluar emas.

Di atas kertas, tarif progresif 7,5%–15% secara langsung akan menurunkan harga jual bersih dan menekan proyeksi laba.

Dampak kebijakan bea keluar sangat bervariasi antar emiten. PSAB menjadi yang paling rentan karena sekitar 95% pendapatannya ditopang ekspor, sehingga potensi kehilangan pendapatan bisa mencapai lebih dari 14%.

"Sebaliknya, emiten berorientasi domestik seperti ANTM yang ekspornya kecil memiliki risiko yang jauh lebih rendah terhadap penerapan bea keluar," ujar dia, Selasa (18/11/2025).

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty menambahkan, emiten pertambangan seperti BRMS, ARCI, MDKA, EMAS, hingga emiten hilir seperti HRTA diperkirakan hanya merasakan dampak tidak langsung dari implementasi bea keluar ekspor emas.

Baca Juga: Mayoritas Saham Emiten Emas Merosot di Tengah Isu Penerapan Bea Keluar Ekspor Emas

Dalam hal ini, kebijakan tersebut hanya memberi tekanan berupa sentimen negatif sementara.

Pada dasarnya, rencana penerapan bea keluar ekspor emas dapat menjadi momentum penting bagi emiten emas untuk mengalihkan fokus ke pasar domestik serta memperkuat hilirisasi.

Seiring kegiatan ekspor berpotensi menjadi kurang menarik akibat tambahan biaya, produsen emas berkesempatan menjual lebih banyak produk ke pasar domestik yang permintaannya tinggi, terutama untuk emas batangan dan perhiasan.

Kebijakan ini juga dapat memacu percepatan pengembangan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter), produksi minted bar, ataupun produk emas bernilai tambah lainnya.

Akhirnya, emiten hilir seperti HRTA dapat diuntungkan karena potensi pasokan bahan baku yang lebih stabil, sementara ANTM berpeluang memperkuat dominasi di pasar emas batangan dalam negeri.

"Dalam jangka panjang, kebijakan ini dapat membantu memperbaiki kondisi pasokan emas domestik dan mendukung pengembangan industri emas dari hulu ke hilir," ungkap Arinda, Selasa (18/11/2025).

Senada, Abida menilai efek lanjutan kebijakan bea keluar adalah meningkatnya pasokan bahan baku emas di dalam negeri.

Baca Juga: Ekspor Emas Akan Kena Pajak, Bumi Resources Minerals Pastikan Jual ke Pasar Domestik

Tekanan terhadap profitabilitas ekspor membuat produk seperti dore dan granules lebih mungkin dialokasikan untuk kebutuhan domestik guna mendukung industri pemurnian dan manufaktur emas lokal.

Lebih lanjut, Abida memperkirakan koreksi harga saham emiten emas akibat sentimen terkait bea keluar tidak akan berlangsung lama dan bakal mereda ketika pelaku pasar sudah mampu membedakan dampak nyata bagi masing-masing emiten.

"Investor akan menyesuaikan valuasi berdasarkan tingkat eksposur ekspor, emiten berisiko tinggi seperti PSAB mungkin terkena tekanan lebih lama dibanding ANTM atau HRTA," imbuh dia.

Fundamental sektor emas pun dipandang tetap solid seiring harga emas dunia berada dalam tren bullish dan telah melewati level historis. Abida bilang konsensus analis memperkirakan harga emas 2026 berada di kisaran US$ 4.275–US$ 5.055 per ons troi.

Kenaikan harga komoditas ini menjadi pendorong utama kinerja emiten, sehingga tekanan dari kebijakan bea keluar relatif kecil dibandingkan sentimen harga emas global.

Rekomendasi utama dari Abida jatuh pada saham ANTM yang memiliki valuasi lebih rendah dengan price to book value (PBV) di level 1,34 kali dan minim risiko bea keluar, dengan target harga di level Rp 4.100 per saham.

Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini Anjlok Rp 29.000 Jadi Rp 2.322.000 per Gram, Selasa (18/11)

Saham MDKA juga layak dibeli karena diversifikasi bisnisnya serta estimasi target harga maksimal sekitar Rp 3.858 per saham. Di sisi lain, emiten seperti PSAB yang sangat bergantung pada ekspor, lebih tepat untuk dihindari atau dilakukan aksi ambil untung karena tekanan margin yang besar dari bea keluar.

Sementara itu, Arinda memandang pergerakan harga emas global dan respons manajemen emiten dalam menyesuaikan strategi penjualan akan menjadi faktor stabilisasi sentimen.

Dia pun menyebut saham BRMS dan MDKA dapat dipertimbangkan oleh investor dengan target harga masing-masing di level Rp 1.030 per saham dan Rp 3.000 per saham.

Selanjutnya: Agrinas Mulai Bangun 80.000 Gerai Koperasi Merah Putih, Target Rampung Maret 2026

Menarik Dibaca: Ramalan Karier Shio Tahun 2026, Promosi dan Kenaikan Gaji Menanti Shio Ini!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×