Reporter: Wahyu Satriani , Rika | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Pada semester I ini, akan hadir dua instrumen investasi dari PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Yang pertama adalah obligasi korporasi, yang kedua kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK EBA).
BTN bakal melepas obligasi di semester I melalui mekanisme penawaran umum berkelanjutan (PUUB). Total nilainya sebanyak-banyaknya Rp 3 triliun. Adapun untuk tahap I, ditargetkan bisa menyerap Rp 2 triliun.
"Kami baru akan mengajukan permohonan izin ke regulator, mudah-mudahan dalam waktu dekat ini bisa dilakukan," kata Direktur Keuangan BTN Saut Pardede, akhir pekan lalu ke KONTAN.
Obligasi tersebut akan menggunakan laporan keuangan per Desember 2011. Saat ini, BTN menggelar seleksi (beauty contest) guna memilih penjamin emisi yang akan digunakan dalam hajatan tersebut.
Bank yang memiliki bisnis utama kredit pemilikan rumah (KPR) tersebut juga kembali menawarkan KIK EBA yang beraset dasar KPR BTN. Produk itu rencananya terbit di semester I senilai Rp 1 triliun. Namun, BTN belum menunjuk manager investasi (MI) yang akan menerbitkan sekuritisasi aset tersebut. "Kami akan menawarkan proyek ini ke semua MI," tutur dia.
BTN akan memakai dana dari penerbitan obligasi untuk pembiayaan KPR dengan bunga tetap serta bersubsidi seperti fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP). Sedangkan hasil dana KIK EBA akan digunakan untuk penataan pendanaan dan mengatasi kesenjangan pendanaan dan pembiayaan yang dilakukan.
Kupon lebih rendah
Analis obligasi NC Securities I Made Adi Saputra menduga kupon obligasi BTN kini lebih rendah. Tahun 2011 lalu, BTN menawarkan kupon 9,5% untuk penawaran obligasi senilai Rp 2 triliun dengan tenor 10 tahun.
Made memprediksi, kupon penerbitan obligasi BTN tahun ini bisa di kisaran 8%-8,5% dengan asumsi tenor 10 tahun. Prediksi tersebut mengacu pada benchmark surat utang negara (SUN) seri FR0061 dengan yield saat ini berada di kisaran 5,20%.
"Mengingat BTN merupakan BUMN yang cukup aktif melakukan pendanaan dengan penerbitan obligasi dan belum pernah sekalipun mengalami wanprestasi atas pembayaran kupon ataupun pokok obligasi, instrumen ini akan menarik investor," ujar Made.
Ia juga memperkirakan kupon KIK EBA lebih rendah ketimbang obligasi BTN. "Kemungkinan di kisaran 7,75%-8,25% dengan asumsi tenor 10 tahun," ujar dia. Alasannya, peringkat KIK EBA BTN lebih tinggi yaitu AAA sedang obligasinya hanya AA. Maka, ia menduga permintaan atas KIK EBA takkan sebesar obligasi. Terlebih, KIK EBA kurang likuid di pasar sekunder.
Analis obligasi PT Mega Capital Indonesia Ariawan memprediksi kupon obligasi korporasi tahun ini turun sekitar 20-40 basis poin dari tahun lalu. Pemicunya adalah kenaikan peringkat Indonesia menjadi investment grade sehingga yield surat utang negara (SUN) melandai. Padahal yield SUN menjadi benchmark penerbitan obligasi korporasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News