Reporter: Harry Febrian | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mulai melakukan diversifikasi bisnis. Porsi kredit BBTN yang menyalurkan ke sektor non-perumahan saat ini membesar.
Diversifikasi kredit yang dilakukan bank tersebut merupakan antisipasi terhadap rencana Bank Indonesia (BI) menaikkan nilai minimal uang muka alias down payment (DP) kredit pemilikan rumah (KPR). Aturan itu akan diberlakukan mulai 15 Juni esok.
Mengutip laporan tim Riset Sucorinvest Central Gani, prospek kredit non-perumahan BBTN ibarat bintang yang sedang terbit. Memang, mayoritas kredit BBTN, tetaplah KPR. Porsinya mencapai 88% dari nilai pinjaman kotor per akhir 2011.
Namun, angka sebesar itu sudah berkurang jika dibandingkan dengan porsi KPR per akhir 2009 yang setara dengan 94% dari gross loan BBTN. Tim riset Sucorinvest, menyimpulkan, penurunan itu pertanda pertumbuhan kredit non-perumahan BBTN sangat cepat. Andalan BBTN di kredit non-perumahan adalah kredit untuk konsumen serta kredit komersial.
Target kartu kredit
Sejak penghujung tahun 2009, kredit non-perumahan BBTN telah meningkat dua kali lipat, setiap tahunnya. Di akhir tahun 2011, nilai kredit non-perumahan BBTN Rp 8 triliun. Bandingkan dengan angka per 2009, yang berkisar Rp 2,5 triliun.
Dalam hitungan Sucorinvest, Compounded Annual Growth Rate (CAGR) untuk kredit non-perumahan BBTN adalah 79%. Sebagai perbandingan, CAGR untuk KPR BBTN hanya 21%.
Tim Sucorinvest memprediksi, pertumbuhan CAGR kredit non-perumahan BBTN masih akan melaju kencang, setidaknya, selama 4 tahun mendatang. Rasio itu diproyeksikan mencapai 40%.
Syaiful Adrian, analis Ciptadana Securities, menyodorkan contoh lain diversifikasi BBTN. "Untuk pertama kalinya, BBTN menawarkan kartu kredit bagi konsumen," kata Syaiful. Target BBTN, menerbitkan sekitar 300.000 kartu dalam lima tahun.
Rahmi Marina, analis Kim Eng Securities, menilai, dampak aturan kenaikan uang muka KPR relatif minim bagi BBTN. Menurut Rahmi, hanya sekitar 3% dari total kredit BTN, yaitu kredit perumahan non-subsidi, yang terpengaruh kebijakan itu.
Kredit itu mengincar masyarakat dengan pendapatan berkisar US$ 6.000-US$30.000 per tahun. "Ini segmen yang kami lihat paling sensitif dengan keputusan Bank Indonesia ini," kata Rahmi.
Prediksi Rahmi, BBTN mampu mencetak laba bersih senilai Rp 1,29 triliun, naik dari hasil di tahun lalu, Rp 1,12 triliun. Sedangkan proyeksi Syaiful, laba bersih BBTN di tahun ini Rp 1,31 triliun. Tim riset Sucorinvest memprediksi, laba bersih yang diraih BBTN tahun ini Rp 1,42 triliun.
Tim Sucorinvest memberikan rekomendasi beli dengan target harga Rp 2.200 per saham. Target itu mencerminkan Price to Earning Ratio (PER) sebesar 15,2x.
Syaiful dan Rahmi sama-sama memasang rekomendasi beli , dengan target harga senilai Rp 1.400 per saham. Angka proyeksi Syaiful mencerminkan PER 11,9x di akhir 2012. Sedang PER hitungan Rahmi adalah 9,8x.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News