Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Butuh pendanaan, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) akan menerbitkan surat utang atau obligasi. BBTN akan menerbitkan obligasi senilai Rp 500 miliar.
Untuk memuluskan aksi korporasi ini, BBTN tengah mencari penjamin emisi pelaksana. "BBTN akan melelang pengadaan lembaga underwriter penerbitan obligasi berkelanjutan II," ujar Direktur Utama BBTN, Maryono, Senin, (10/3).
Wajar saja jika BBTN menerbitkan surat utang untuk mencari dana segar. Sebab, rasio pinjaman terhadap simpanan alias loan to deposit ratio (LDR) BBTN semakin mengetat.
LDR bank ini telah menginjak level 104,42% di akhir 2013. Angka ini meningkat dari LDR di tahun sebelumnya yang memang sudah tinggi yakni sebesar 100%.
Sepanjang tahun lalu, BBTN telah menyalurkan total kredit Rp 92,38 triliun. Angka tersebut tumbuh 22,5% dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan, dana pihak ketiga (DPK) tercatat Rp 90,83 triliun, atau hanya tumbuh 19,8% dari tahun 2012.
Sebelumnya, manajemen BBTN pernah menyebutkan, akan menerbitkan obligasi senilai Rp 4 triliun pada semester I tahun ini. Hasil penerbitan obligasi untuk memenuhi kebutuhan modal dan refinancing. "Kami melihat kondisi pasar saja," kata Maryono, bulan lalu.
Namun kini, BBTN tidak bisa menerbitkan obligasi dalam jumlah besar. Sebab, bisa menggerus rasio kecukupan modal (CAR) perusahaan. Apalagi, obligasi tersebut digunakan untuk ekspansi bisnis seperti penyaluran kredit.
Sampai Desember 2013, rasio kecukupan modal (CAR) BBTN tercatat sebesar 15,62%. "Kami ingin mempertahankan CAR di atas 15%. Itu rasio yang cukup kuat bagi perusahaan," jelas Maryono.
Laba bersih BBTN tahun lalu meningkat 14,53% menjadi Rp 1,56 triliun. Sementara pendapatan bunga bersih BBTN naik 14,53% menjadi
Rp 5,63 triliun.
Ke depan, BBTN ingin memperbaiki kualitas kredit. Sebagai catatan, rasio non performing loan net BBTN tercatat 3,04%. Kemarin, harga BBTN turun 2,5% ke Rp 1.165 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News