Reporter: Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Hasil kinerja PT Bukit Asam Tbk (PTBA) di semester I-2013 masih jauh dari ekspektasi para analis. Namun, beberapa proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) PTBA diprediksikan bisa mengangkat margin emiten batubara ini di masa mendatang.
Saat ini, PTBA memiliki empat proyek PLTU. Yakni, PLTU Tarahan (Lampung), PLTU Banjarsari (Sumatera Selatan, PLTU mulut tambang Tanjung Enim (Sumatera Selatan), serta PLTU Peranap (Riau).
Menurut Fajar Indra, analis Panin Sekuritas, pembangunan proyek PLTU adalah salah satu upaya PTBA menghemat penggunaan bahan bakar minyak solar untuk operasional tambang. "Peningkatan margin besar, namun belum dihitung," kata Fajar.
Proyek PLTU ini bisa menjadi nilai tambah bagi PTBA. Sebab nantinya, bisnis PTBA tidak hanya melulu di bidang tambang batubara. PTBA juga akan menjadi operator listrik yang menggunakan bahan bakar batubara.
Hasil produksi listrik PTBA bisa dijual ke PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). "Umumnya PLTU menggunakan batubara berkalori rendah. Daripada tidak terpakai, maka digunakan untuk PLTU," imbuh Helen Vincentia, analis Mega Capital Indonesia.
Menurut dia, letak PLTU yang berdekatan dengan tambang dan pelabuhan juga cukup positif. Sebab, ini bisa menekan biaya pembangunan infrastruktur pendukung.
Namun, menurut Helen, ke depannya, bisnis emiten tambang seperti PTBA masih akan tertekan. Selama semester I saja, laba bersih PTBA menurun 44,1% menjadi Rp 870,12 miliar. Analis yang dihubungi KONTAN sepakat kinerja PTBA di bawah ekspektasi. "Sekitar 10% di bawah ekspektasi," ujar Fajar. Dia memperkirakan, laba bersih PTBA hanya akan sebesar Rp 2,277 triliun di 2013.
Helen mengatakan, harga jual batubara PTBA turun 18% untuk pasar domestik ataupun internasional. "Average selling price (ASP) untuk domestik di semester pertama Rp 611.000 per ton," ujar dia. Sedangkan, ASP batubara ekspor PTBA US$ 76 per ton.
Sejatinya, volume penjualan batubara PTBA bertambah 20% menjadi 8,81 juta ton selama enam bulan pertama 2013. Namun, karena harga jual jatuh, pendapatan PTBA masih menurun 6,22% menjadi Rp 5,43 triliun.
Analis Mandiri Sekuritas, Herman Koeswanto dalam risetnya, 26 Juli 2013 menuliskan, sektor tambang batubara akan semakin tertekan akibat kenaikan royalti di tahun depan. Menurut dia, kenaikan royalti bagi izin usaha pertambangan (IUP) batubara sebesar 13,5% dari penjualan akan menekan kinerja PTBA. Skenario terburuk, menurut Herman, laba bersih PTBA bisa turun 32% di 2014.
Untuk Tahun ini, Herman memperkirakan, PTBA akan mencetak laba bersih sebesar Rp 1,98 triliun. Laba ini menurun 31,6% dibandingkan perolehan tahun 2012.
Karena itu, Herman merekomendasikan neutral saham PTBA dengan target Rp 11.200 per saham. Adapun Fajar menyarankan hold saham ini dengan target harga di Rp 12.000 per saham. Sedangkan analis Trimegah Securities, Frederick Daniel Tanggela merekomendasikan buy saham PTBA dengan target harga Rp 14.000 per saham. Kemarin, harga saham yang masuk daftar efek syariah ini naik 0,49% menjadi Rp 10.300 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News